Selangit Musi Rawas, dari Ikan Salai yang Angit, Raja Majapahit Merana Ditinggal Putri Bungsu

Selangit Musi Rawas, dari Ikan Salai yang Angit, Raja Majapahit Merana Ditinggal Putri Bungsu

Desa Batu Gane yang merupakan bagian dari wilayah Selangit Kabupaten Musi Rawas yang terinspirasi dari nama ikan salai yang bau angit. -Dokumen-LINGGAUPOS.CO.ID

BACA JUGA:Selain Bukit Sulap, Lubuklinggau Punya Bendung Watervang, Diambil dari Bahasa Belanda, Ini Sejarahnya

Dipekan berikutnya Momot memohon izin kepada ayahandanya untuk mengembara mencari pengalaman hidup di bumi. 

Terasa berat Sang Raja mengizinkan putranya Momot untuk pergi mengembara meninggalkannya kembali sendiri. 

Namun demi untuk pengalaman hidup bagi putranya Sang Raja pun mengizinkan. 

Momot mendapat pesan dari Ayahandanya bahwa dalam perjalanan la harus menggunakan perahu mayang dalam menyusuri pantai, dan menyeberang lautan. 

BACA JUGA:Bujang Kurap Akhiri Masa Tua di Lembah Bukit Sulap, Makamnya Diyakini Keramat, Tempat Ritual untuk Kebaikan

Dan apabila tiba disuatu muara maka Momot harus menimbang air yang Ia lalui dan air yang datang dari muara.

Mana timbangan yang lebih berat kesanalah Ia harus meneruskan perjalanan. 

Ketika tiba di Muara Sungsang, Momot menimbang air laut dengan air Sungai Musi.

Setelah ditimbang ternyata air Sungai Musi lebih berat dari air laut. 

BACA JUGA:Bukit Sulap Lubuklinggau, Tempat Dayang Torek Menghilang, Dilihat Dekat, Didekati Jauh, Berikut Ulasannya

Demikianiah berulang kali Momot menimbang air disetiap bertemu dengan Muara Sungai. 

Di Muara Sungai Rawas, Muara Lakitan ternyata Sungai Musi lebih berat timbangannya. 

Ketika berada di Muara Kelingi, sungai Kelingi lebih berat dari Sungai Musi, maka pilihannya jatuh pada Sungai Kelingi. 

Di Muara Beliti diketahui timbangan Sungai Kelingi yang lebih berat, pelayaran Momot pun diteruskan ke hulu Sungai Kelingi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait