Scroll, Like, Comment: Cermin Darurat Etika Pada Gen Alpha

Senin 22-12-2025,17:22 WIB
Reporter : Endang Kusmadi
Editor : Endang Kusmadi

Oleh: Dewi Yuliawati *)

Di ruang Keluarga, seorang anak berusia lima tahun duduk tenang dengan tablet di tangannya. Jarinya lincah menggeser layar, sesekali tertawa melihat video pendek, lalu memberikan like tanpa ragu. 

Ibunya sibuk dengan ponselnya sendiri. Pemandangan ini bukan lagi anomali—ini potret keseharian Generasi Alpha, anak-anak yang lahir antara 2010 hingga 2025.

Generasi Alpha adalah yang pertama tumbuh sepenuhnya dalam ekosistem digital. Mereka tidak mengenal dunia tanpa smartphone, media sosial, atau algoritma yang mengatur apa yang mereka tonton. 

BACA JUGA:AI dalam Memengaruhi Perkembangan Kognitif Kita

Sementara teknologi membuka akses informasi tak terbatas, ada pertanyaan mendesak yang jarang dibicarakan: siapa yang mengajarkan mereka etika di ruang digital? 

Ketika scroll, like, dan comment menjadi refleks sehari-hari, kita sedang menyaksikan darurat etika yang membutuhkan perhatian segera.

Digital Native, Tapi Bukan Digital Wise

Generasi Alpha memang mahir teknologi sejak dini, namun kepandaian teknis tidak otomatis menghadirkan kebijaksanaan digital. 

BACA JUGA:Wacana Menghapus Pemilihan Langsung dan Krisis Kepercayaan Publik, Momentum Reformasi atau Erosi Demokrasi

Mereka bisa mengoperasikan aplikasi kompleks di usia balita, tapi tidak memahami konsep privasi, jejak digital, atau konsekuensi jangka panjang dari aktivitas online mereka.

Kasus nyata sering muncul: anak-anak mengunggah foto keluarga tanpa izin, membagikan informasi pribadi ke orang asing, atau mengklik tautan berbahaya karena tergiur hadiah. 

Lebih memprihatinkan, mereka menyerap nilai-nilai dari konten viral tanpa filter kritis. Ketika challenge berbahaya atau prank menyakiti orang lain menjadi trending, mereka menganggapnya normal dan layak ditiru. 

Algoritma yang memprioritaskan engagement, bukan edukasi, semakin memperburuk situasi.

BACA JUGA:Revitalisasi Semangat Kebangsaan di Era Media Sosial

Kita mengharapkan anak-anak ini menjadi bijak secara digital, padahal kita belum mengajari mereka. Ibarat membiarkan seseorang mengendarai mobil tanpa pernah mengajarkan aturan lalu lintas—kebebasan tanpa panduan hanya akan mengundang bahaya.

Like Sebagai Mata Uang Sosial Baru

Kategori :