18. Surat-surat Hayati kpd Khadijah;
19. Club anak Sumatera;
20. Rumah tangga;
BACA JUGA:Jejak Genealogi Bappeda Mura (2)
21. Hati Zainuddin;
22. Dekat, tetapi berjauhan;
23. Surat cerai;
24. Air mata penghabisan;
BACA JUGA:Jejak Genealogi Bappeda Mura (1)
25. Pulang;
26. Surat Hayati yang penghabisan;
27. Sepeninggal Hayati;
28. Penutup.
Pada mozaik ke-25 “Pulang”, dikisahkan begini: “Pagi-pagi hari Senin, 19 hari bulan Oktober 1936, kapal Van der Wijck yang menjalani ijin KPM dari Mengkasar telah berlabuh di Pelabuhan Tanjungperak. Kapal itu akan menuju Semarang, Tanjungpriuk dan terus ke Palembang. Penumpang-penumpang yg akan meneruskan pelayaran ke Padang harus pindah kapal di Pelabuhan Tanjungpriuk”.
Dan Hayati akan menaiki kapal itu, niatnya berlayar pulang ke Padang. Ternyata, qodarullah, di tengah laut Jawa 35 mil di barat Surabaya, Hayati menjemput ajalnya; setelah cintanya yang tulus ditolak dengan kejam-setikam oleh Zainuddin, karena dendam lelaki yang beralasan.