
“Kita punya Darul Ahdi Wasyahadah sebagai panduan berpikir dan bertindak. Maka kita akan tetap berpijak di bumi Indonesia sembari membuana untuk kemaslahatan umat global,” ungkapnya.
KHGT, dalam pandangan Haedar, juga menjadi bagian dari jihad akbar umat Islam. Ia mengajak semua pihak untuk menyisihkan perbedaan kepentingan dan mazhab demi persatuan.
Ia menyesalkan, jika urusan kalender yang bersifat eksak dan ilmiah justru menjadi sumber perpecahan.
“Kalau soal fikih atau perbedaan dalam bacaan salat, itu tidak apa-apa. Tapi ketika menyangkut rotasi bulan, matahari, dan bumi, itu hal pasti. Kenapa bisa beda satu hingga tiga hari antara satu ormas dengan ormas lain?” tuturnya.
Haedar menggarisbawahi bahwa perbedaan yang menyangkut soal eksak seharusnya tidak terus dipertahankan demi status quo. Bahkan, ia menyebut KHGT sebagai bentuk keterbukaan terhadap ijtihad baru dan perkembangan ilmu.
“Metode itu hanya wasilah. Kalau metodenya perlu dikoreksi, mari kita koreksi. Jangan merasa malu untuk berubah,” ujarnya.
BACA JUGA:Sambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Ini Doa yang Dipanjatkan Lengkap dengan Artinya
Dalam hal ini, Muhammadiyah, menurutnya, juga bersedia membuka ruang dialog dan siap menerima kritik dengan lapang dada.
Ia menyitir prinsip ilmu pengetahuan yang terbuka pada pembaruan sebagaimana konsep falsifikasi dalam teori sains.
“Kita harus berani berubah dari ijtihad lama ke ijtihad baru. Itu adalah implementasi dari perintah ‘Iqra’ dan bagian dari tanggung jawab keilmuan kita,” lanjutnya.
Dalam semangat itu, KHGT hadir bukan untuk menjadi milik eksklusif Muhammadiyah, tetapi untuk seluruh umat Islam.
BACA JUGA:Hampir Sebulan Hilang, Jemaah Haji Embarkasi Palembang Belum Juga Ditemukan
“Hilangkan saja nama Muhammadiyah dari kalender ini. Yang penting kita punya satu hari, satu tanggal yang sama di seluruh dunia Islam,” tandas Haedar, seraya mengajak umat Islam untuk menapaki abad baru dengan ukhuwah dan komitmen keilmuan.
Menurut Haedar, meski jalan KHGT terjal, perjuangan ini bukan untuk esok atau lusa saja, tapi untuk 10, 50 bahkan 100 tahun ke depan. Kalender ini bukan hanya soal waktu, tetapi tentang masa depan peradaban Islam.
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial di LINK INI