
LINGGAUPOS.CO.ID – Mulai hari ini, Kamis 26 Juni 2025, Muhammadiyah menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), yang juga menetapkan hari ini, sebagai tahun baru Islam, 1 Muharram 1447 H.
Berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang diakses di website khgt.muhammadiyah.or.id sudah diketahui beberapa tanggal penting, seperti kapan 1 Ramadan 1447 H, juga Idul Fitri 1447 H.
Menurut KGHT Muhammadiyah yang diakses LINGGAUPOS.CO.ID, Kamis 26 Juni 2025, khusus untuk 1 Ramadan 1447 H sudah ditetapkan pada Kamis 19 Februari 2026.
Kemudian Idul Fitri 1 Syawal 1447 H, jatuh pada Jumat 20 Maret 2026. Sehingga diketahui bahwa Ramadan 1447 selama 29 hari.
Sementara hari arafah 9 Zulhijah 1447 H jatuh pada Selasa 26 Mei 2026. Kemudia Idul Adha 10 Zulhijah 1447 H jatuh pada Kamis 27 Mei 2026.
Penanggalan Islam Seragam di Dunia
Seperti diketahui, Muhammadiyah meluncurkan KHGT di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Rabu 25 Juni 2025.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa pemberlakuan KHGT tidak akan menjadikan Muhammadiyah tercerabut dari akar kebangsaan Indonesia.
BACA JUGA:Ini 6 Mitos Suro yang Dianggap Penuh Mistis: Dilarang Keluar Rumah
Menurut Haedar, KHGT merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan globalisasi yang menuntut adanya sistem penanggalan Islam yang seragam di seluruh dunia.
“Globalisasi ini seperti kereta raksasa. Bila kita tidak siap, kita akan tergilas. Tapi jika mampu memanfaatkannya, ia akan menjadi kendaraan penting dalam menjelajahi dunia,” tegasnya.
Di tengah arus global yang tak terhindarkan, Haedar menekankan perlunya kalender yang menyatukan umat Islam dalam satu waktu, satu hari, satu tanggal yang sama, tanpa menghilangkan identitas nasional.
Ia menyebut, Islam sejak awal adalah agama kosmopolit, dengan semangat rahmatan lil ‘alamin yang menembus batas-batas bangsa dan wilayah. Dalam pandangannya, KHGT adalah kelanjutan dari semangat itu.
BACA JUGA:Jemaah Haji Pagaralam Hilang di Mekkah, Sudah Sebulan, Ada Riwayat Demensia
Namun, Haedar menekankan bahwa perjuangan ini tidak berarti melepas komitmen kebangsaan. Muhammadiyah, kata dia, telah membuktikan loyalitasnya terhadap Indonesia bahkan sejak sebelum kemerdekaan.