"Pesan itu saya kirim ke grup WhatsApp yang isinya hanya 12 orang, dengan tujuan agar mereka hati-hati dan siap menghadapi situasi serupa jika tiba-tiba ada sekelompok orang mendatangi rumah mereka," jelas Suhada.
Peringatan tersebut, tambah Suhada, tentu saja dilakukan untuk mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Saya tidak tahu jika kemudian pesan tersebut menyebar keluar dari grup," terang Suhada.
BACA JUGA:SKB CPNS 2024, Berikut Kumpulan Contoh Soal Psikotes dan Pembahasannya
Setelah mengirimkan pesan tersebut, dirinya kemudian langsung mempercepat laju kendaraan yang dikemudikannya menuju Posko pemenangan tim Paslon 02.
Setelah tiba di posko, Windi sendiri yang menceritakan kondisi dan insiden yang telah dialaminya.
“Setelah itu, Tim Hukum memang berniat melaporkan kejadian itu ke Polres," ujar Suhada.
Namun karena kondisi Windi yang saat itu terlihat lemah dan banyak luka lebam, dia dibawa ke Rumah Sakit.
BACA JUGA:Real Count KPU Sudah 99,53 Persen, Siapa yang Menang Pilkada Mura, ini Linknya
"Saya memang ikut mengantar ke Rumah Sakit, tetapi setiba di Rumah Sakit saya mendengar ada yang memanggil nama saya, Om - om Suhada tolong saya," terang Suhada.
Ketika dia menoleh dan mengecek ke sumber suara, ternyata orang yang minta tolong dan memanggil namanya adalah keponakannya sendiri.
Anak itu kerja di pabrik triplek tangannya hancur sehingga harus diamputasi.
Lantas lanjut Suhada, dia langsung membantu mengurus keponakannya itu sedangkan Windi diurus oleh Tim Paslon 02.
"Saya tidak ikut mengurus Windi, tapi saya langsung bantu mengurus keponakan saya sehingga tangannya harus dioperasi dan dia amputasi," jelas Suhada.
Suhada mengaku tidak tahu kenapa dirinya disebut sebagai provokator, menyebarkan fitnah dan berita hoax.