LINGGAUPOS.CO.ID - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memprediksi harga beras sulit kembali ke level normal. Lah piye toh pak?
Bayu mengatakan ada potensi lahirnya era baru harga beras yang lebih tinggi dari kondisi normal, sebelum terjadi keterbatasan produksi beras akibat musim kemarau panjang.
“Jadi menurut perhitungan Bulog itu harga akan sulit kembali seperti setahun yang lalu. Bayangannya adalah harga beras mungkin akan bertahan, tidak sampai serendah seperti yang diperkirakan semula,” kata Bayu dalam media briefing di Jakarta, dikutip Rabu, 20 Maret 2024.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata harga beras medium sampai pertengahan Maret 2024 ini sebesar Rp15.950 per kg, naik 20,83% jika dibandingkan rata-rata harga beras medium pada Maret 2023 lalu yang masih di level Rp13.200/kg.
Adapun rata-rata harga beras premium per Maret 2024 ini ada di level Rp17.250/kg, naik 18,15% dibandingkan rata-rata harga beras premium pada Maret 2023.
Bayu mengatakan, jika benar akan lahir era baru harga beras di level tinggi, maka akan menjadi tantangan berat bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Namun, menurutnya hal itu sulit dihindari melihat lonjakan inflasi yang turut mengerek upah tenaga kerja.
Selain itu menurutnya bertahannya harga beras dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti biaya produksi petani yang terdiri atas ongkos tenaga kerja, sewa lahan, harga pupuk dan benih.
BACA JUGA:Waduh, Pria di Tebing Tinggi Mengaku Sebagai Nabi, Mau Membubarkan Agama Islam, Begini Nih Akhirnya
Naiknya biaya produksi tersebut membuat harga gabah yang dijual ikut berubah.
Menurut Bayu Krisnamurthi meski bukan harga resmi, biaya produk gabah kering giling (GKG) di petani sudah naik menjadi Rp4.700 per kilogram (kg).
"Perkiraan saya, ini tentu bukan angka resmi, biaya produksi petani sekarang sudah naik, kurang lebih Rp4.700 per kg," kata Bayu.
"Sekitar 50% dari biaya produksi sawah itu, atau biaya produksi tanaman padi adalah tenaga kerja, harga sewa lahan juga demikian, konversi lahan kan terjadi, pasti lahan semakin sedikit, lahan makin sedikit maka sewa lahan akan makin mahal jadi ongkos naik, pupuk juga naik," sambung Bayu.
BACA JUGA:Kereta Api Tabrak Truk Sampai Terbalik di Sergai, Begini Kronologi Lengkapnya