Awalnya ia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa.
Kemudian diajarkan kepadanya oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas.
BACA JUGA:Pentingnya Mengajarkan Doa Selamat Sejak Dini, Yuk Disimak
Dalam waktu singkat, ia pun menjadi kaya raya dengan mempunyai banyak emas dan harta melimpah. Akan tetapi, lambat laun ia mulai lupa kepada Allah.
Qarun dengan kelalaiannya pun dibinasakan dengan ditelan bersama harta-hartanya.
Makanya, kalau hari ini ada yang menemukan harta tertimbun dalam tanah, orang-orang akan menyebutnya sebagai harta karun, dengan dinisbatkan kepada harta Qarun yang ditelan bumi.
Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan” (QS Ali-Imran: 178).
BACA JUGA:Pandangan Islam Tentang Bullying
Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah.
Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT.
Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.
Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya.
BACA JUGA:Agar Dijauhkan Dari Bahaya, Ini Doa Keselamatan Untuk Keluarga
Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.
Secara psikologis, orang yang tertimpa istidraj, perilakunya sangat terlena dengan semua yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara.
Dia lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan, begitu juga dia gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.