Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda.
Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.
” Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.
BACA JUGA:8 Adab Bertamu ke Rumah Orang dalam Islam
Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau.
Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.
” Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat esok hari.
Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama.
Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau.
Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata,
“Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.
Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya.
BACA JUGA:Oknum Polisi Palembang yang Ancam Warga Pakai Sajam Sudah Diamankan, Lihat Fotonya Diperiksa
Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu.
“Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan memberimu hadiah.”