Dengan keberanian yang telah direncanakan Bujang Bekorong berbicara serius dengan Neneknya. Mendengar maksud Cucunya untuk keluar pondok mencari kehidupan baru, sang Nenek berat hati.
Namun untuk perubahan hidup mungkin lebih baik untuk cucunya, nenek pun tidak keberatan.
Sang nenek kemudian memberikan isyarat dengan cerita, andai cucunya ingin mencari pendaping hidup, cobalah menemukan suatu tempat yang namanya Mahligai.
Nenek pun menceritakan bahwa Maligai itu adalah tempat mandinya para bidadari yang turun dari kerajaan langit. Bidadari khayangan itu turun ke bumi dan mandi di Mahligai setiap malam Jum'at.
BACA JUGA:Tol Musi Rawas Lintasi 3 Kecamatan, Berikut Perkembangannya
Mendengar cerita neneknya tentang mahligai membuat Bujang Bekorong bersemangat untuk menemukan tempat tersebut.
Sang Nenek membekali Bujang Bekorong dengan seekor ayam beruge putih untuk dibawa selama berjalan.Ayam itu sebagai petunjuk Bujang Bekorong untuk menemukan tempat perhentiannya dalam mengembara.
Apabila ayam beruge putih tersebut berkokok, Bujang Bekorong diminta berhenti bejalan. Karena ditempat ayam tersebut berkokok adalah Mahligai.
Bujang Bekorong benar-benar mendengarkan petunjuk yang diberikan oleh Neneknya sebagai bekal petunjuk jalannya esok hari.
BACA JUGA:Keramat Moneng Lebeh, Legenda Dusun Terawas Musi Rawas, Seberangi Sungai Cukup Pakai Sejadah
Malam itu Bujang Bekorong merasa puas telah menyampaikan maksudnya kepada Neneknya yang telah pulas tertidur karena sisa tenaga yang telah terporsir seharian.
Namun Bujang Berkorong jauh dalam lamunannya mengidamkan Bidadari.Apa mungkin bisa menemukan Maligai?... Apa mungkin bisa bertemu dengan Bidadari ?
Esok paginya Bujang Bekorong siap untuk melakoni perjalanan pengembaraannya, dengan membawa ayam beruge putih pemberian Neneknya.
Dengan memohon restu Neneknya, Bujang Bekorong berjalan meninggalkan Neneknya dan talang dimana ia dibesarkan.
BACA JUGA:Selangit Musi Rawas, dari Ikan Salai yang Angit, Raja Majapahit Merana Ditinggal Putri Bungsu
Di perjalanan, Bujang Bekorong sangat bersemangat melewati imbeh (Rimba), gunung, sungai. Sesekali ia pun harus beristirahat melepas lelah dan dahaga.