Gayung bersambut, Sang Putri Bungsu tidak ada pilihan lain dan menerima kasih dan cinta yang ditawarkan Sang Raja.
Akhirnya keduanya kembali ke dusun dan menikah, hidup layak seperti orang-orang pada umumnya.
Sementara Sang Raja tetap menyimpan pakaian terbang istrinya Putri Bungsu di dalam serdam diletakan di atas loteng rumah.
BACA JUGA:Kisah Dusun Muara Beliti Musi Rawas, Si Pahit Lidah Kecewa, Sumpah Mojomanis jadi Majapahit
Singkat cerita, Putri Bungsu telah hamil tiga bulan, buah dari cintanya dengan Raja Majapahit.
Walaupun Putri Bungsu sudah menjadi permaisuri di kerajaan yang sangat besar, tidaklah membuatnya melupakan asalnya dari khayangan.
Sering muncul rasa kerinduannya, dan keinginannya untuk kembali ke khayangan berkumpul dengan saudara-saudaranya.
Hal ini sangat menggangu pikirannya. Dia yakin suaminya pasti menyembunyikan pakaian terbangnya di suatu tempat yang sangat rahasia.
Lantas Putri Bungsu memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada untuk mencari pakaian terbangnya.
Hingga pada suatu ketika Putri Bungsu naik ke atas loteng dan menemukan pakaian
terbangnya tersembunyi dalam seruling bambu alias serdam. Putri Bungsu berniat mengenakan pakaainya pada acara pesta.
Hal ini dia lakukan agar suaminya tidak mencurigai setiap gerak-geriknya.Putri Bungsu sangat senang karena kerinduannya pada negeri khayangan telah melupakan segalanya.
BACA JUGA:Keramat Moneng Tekending, Perantau Asal Rejang Lebong Mencari Peruntungan di Musi Rawas, Bertemu SAD
Yang ada dipikirannya sekarang ketika itu malam pesta agar dia bisa menari dan mencoba pakaian terbangnya.
Malam pesta rakyat pun dilaksanakan, banyak acara yang dipertunjukan.