Keharuan sejenak menyelimuti bibir sungai , di mana Si Kumbang melambaikan tangannya tanda perpisahan.
Si Kumbang mulai mendayung rakit ditemani ayam jagonya menyusuri Sungai Kelingi.
“Bismillahirokmanirrohim, malang mujur berlanting, Mang sampan pelampung naik timbul, seumpama batu tendam tenggelam, sambil berlayar dak ada arah tujuan, sekedar menuruti petunjuk mimpi,” demikian kalimat yang diucapkan Si Kumbang dikutip dari buku cerita rakyat Musi Rawas.
Berlayarlah Si Kumbang mengikuti seenaknya arah air kemana mau mengalir.
Detik demi detik berganti menit, dan menit pun berganti jam, dan jam pun berganti hari. Siang, sore, malam, terus berjalan menyambut pagi.
Iktiar yang tanpa rasa lelah dan putus asa akhirnya menemukan titik terang.
Lebih kurang pukul tujuh pagi ayam jago Si Kumbang berkokok tiada henti.
BACA JUGA:Pelaku Penyerangan Polisi di Empat Lawang Diduga Anak Buah Bandar Narkoba, Diminta Menyerahkan Diri
Ini berarti pertanda bahwa tempat yang dilukiskan dalam mimpinya berada disekitar ayam berkokok tersebut.
Si Kumbang meluaskan pandanganya dan pandangannya terhenti kearah depan rakitnya.
Kala itu Si Kumbang melihat atap-atap umah yang menggambarakan suatu dusun.
Si Kumbang juga menemukan Jamban, lalu mulai naik ke darat dan bertemu dua orang perempuan sedang mengatapi rumahnya dengan daun umbai.
Ketika bertemu dengan dua orang perempuan itu, Si Kumbang menyapa dengan salam.
Lantas Si Kumbang bertanya kepada perempuan tadi kemana Mamang sampai-sampai bibi dan adik mengatap rumah sendiri.