Jalak Rogong meminta Bereng Kecik menyetor segerigik ayo enau (air aren) setiap pagi. Kemudian Bereng Kecik menyanggupi permintaan Jalak Rogong.
Satu bulan kemudian perayaan pesta pernikahan Bereng Kecik dan Kademong berlangsung sangat meriah.
Pesta tersebut dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam.Bereng Kecik dan Kademong hidup bahagia.
Setiap pagi, Bereng Kecik pergi ke kebun Jalak Rogong untuk menyadap ayo (air) enau, sesuai perjanjian sebelum pernikahannya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Bereng Kecik tetap patuh.
Akan tetapi, karena air enau yang ia dapatkan semakin sedikit, setoran air enau kepada Jalak Rogong semakin sedikit.
Bahkan lama-kelmaan ia tidak dapat menyetorkan sedikit pun air enau kepadanya. Hal ini membuat Jalak Rogong marah dan mulai membenci Beren Kecik.
Lalu terlintas pikiran jahat di kepalanya untuk mencelakakan Bereng Kecik.
Jalak Rogong memotong sebagian lamban (jembatan kecil terbuat dari bambu) yang selalu dilewati Bereng Kecik ketika akan menyadap air enau.
Pagi hari seperti biasanya, Bereng Kecik melintasi lamban. Perjalanannya lancar namun ketika pulang membawa air enau kakinya terpijak tepat di atas bambu yang dipotong oleh Jalak Rogong.
Sehingga bambu yang berisi air enau tumpah ke dalam sungai. Setelah pulang ke rumah Bereng Kecik menemui kakaknya sedang duduk santai di teras.
Terjadi perkelahian antara mereka yang berlangsung selama lima hari lima malam. Di hari keenam mereka berhenti dan sepakat untuk melanjutkan dihari ketujuh.
Jalak Rogong menulis surat untuk adiknya dimasukan kedalam bambu, lalu dihanyutkan ke Sungai Kelingi.