Selama puasa, mereka tidak diperkenankan makan dan minum hingga menjelang waktu berbuka. Makna Kawalu adalah untuk pensucian diri dari nafsu jahat.
Setiap tanggal 15 bulan Kasa atau sebelum berpuasa seluruh warga Baduy Dalam wajib membersihkan lingkungan dan dilarang memakan atau mengolah hasil panen.
Mereka hanya diperkenankan menggiling padi dengan cara tradisional yang disebut nutu.
BACA JUGA:Catat! Ini Kuota Haji Tahun 2024, Apakah Anda Masuk Tahun Depan, Cek di Sini
Jaro Saija menyebut, tradisi Kawalu sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan harus diikuti oleh seluruh orang Baduy Dalam, laki-laki dan perempuan, kaum tua dan muda.
Orang lanjut usia dengan keterbatasan fisik atau perempuan yang sedang menstruasi tidak diwajibkan berpuasa.
Karena sifatnya wajib, jika ada orang Baduy Dalam yang melanggarkan kecuali beberapa yang tidak diwajibkan tadi, maka akan diberikan sanksi adat atau kabendon.
Dengan pelaksanaan Kawalu, masyarakat Baduy berharap bisa sejahtera, damai, dan sehat selalu.
BACA JUGA:Masyarakat Tidak Masuk DPT Tetap Bisa Coblos Melalui DPK, KPU: Begini Syaratnya
Tokoh masyarakat Badui Dalam, Ayah Mursid mengatakan, selama Kawalu mereka dilarang mengadakan pesta pernikahan dan sunatan karena akan menimbulkan keramaian.
Kendati tertutup untuk orang luar, masyarakat Baduy Dalam masih mengizinkan pejabat daerah atau pejabat negara untuk masuk, meski dibatasi hanya untuk lima orang.
Setiap kepala kampung atau puun wajib memimpin tradisi Kawalu di daerahnya dibantu oleh para Jaro Tujuh dan Baresan Palawari atau panitia pelaksana.
Selepas menjalani ritual Kawalu, mereka mengadakan Seba dan secara beramai-ramai akan turun gunung menuju pusat kota untuk bertemu Ibu Gede dan Bapak Gede, masing-masing Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dan Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar.
BACA JUGA:2024, Kuota Haji Indonesia Tidak Bertambah, 9 Mei 2024 Awal Kedatangan Jemaah
Ketika turun gunung dan bertemu kedua pejabat itu, para tokoh masyarakat Baduy Dalam akan membawa hasil bumi seperti beras, pisang, gula aren, dan sayuran.
Perjalanan dari Desa Kanekes menuju pusat kota di Rangkasbitung dan Serang sejauh total 160 km pulang pergi dilakukan dengan berjalan kaki.