Maukah perusahaan perkebunan sawit membangun pabrik IVO untuk bahan baku D100 dan bensa?
Tidak mau.
Mereka pilih membangun pabrik pengolah sawit untuk memproduksi CPO. Pabrik itu disebut PKS –pabrik kelapa sawit.
CPO bisa dijual ke pabrik minyak goreng. Di dalam maupun ke luar negeri. Harga CPO sangat baik saat ini –termahal dalam sejarah sawit: 1.400 dolar AS/ton.
BACA JUGA:Penerapan Pembelian Elpiji 3 Kg Pakai MyPertamina, di Musi Rawas, Lubuklinggau dan Muratara
Saking mahalnya, sampai ada yang justru menjual perusahaan sawitnya. Salah satunya adalah pengusaha besar yang sangat terkenal. Aneh? ”Justru ketika mahal, harus dijual. Kalau kelak murah, baru beli lagi.”
Ganjil, tapi masuk akal.
Para pengusaha sawit tentu bertanya: kalau kami membangun pabrik IVO, siapa yang membeli? Dengan harga berapa?
Tidak akan ada yang bisa menjawab.
BACA JUGA:Berlaku Tahun Depan, Beli Gas LPG 3 Kg Wajib Pakai Aplikasi MyPertamina
Karena itu, para pengusaha sawit akan tetap pilih masuk ke PKS.
Itulah sebabnya, ITB akan membangun sendiri pabrik IVO. Dari IVO diolah lagi menjadi bensa.
Kelebihan bensa dari bensin adalah RON-nya. RON bensin yang kita kenal adalah 93 –atau di bawah itu. Sedangkan RON bensa dari IVO bisa sampai 112.
Maka, saya kira, bensa itu, kelak, akan dicampur dengan bensin RON 83. Untuk menjadi bensin RON 93. Atau variasi sejenis.
BACA JUGA:HokBen Segera Buka di Lubuklinggau, Mampukah Bertahan?
Pemerintah mendukung penuh langkah ITB tersebut. Toh, ada dana besar yang bisa dipakai untuk melanjutkan penelitian itu: dana khusus sawit. Yang dikumpulkan pemerintah dari para pengusaha sawit –di luar APBN.