Saat ini, inflasi di Sumsel 5,44 persen, lebih rendah dari rata-rata Sumatera 5,92 persen.
“Kompenen paling besar pengaruhnya yakni volatile food. Karenanya itu kita harus menjaga pasokan,” beber Erwin.
BACA JUGA:Polisi Tembak Polisi di Lampung, 1 Tewas
Saat ini, beberapa barang dalam volatile food levels nya di sekitar 12 persen.
“Strategi ke depan, kita terus berupaya memperbaiki stabilitas pangan. Lalu, menjaga inflasi supaya daya beli masyarakat tetap baik,” imbuhnya.
Salah satunya, dengan support bantuan pemerintah.
Ada tujuh upaya yang akan dilakukan lewat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
BACA JUGA:BBM Naik, Bahan Bangunan Naik, Developer Terancam Rugi
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan, TPID di setiap daerah dan juga provinsi harus memprioritaskan ini.
Langkah pertama dari tujuh upaya itu yakni operasi pasar (OP) bersama saat timing yang tepat. Lalu, memperluas kerja sama antardaerah.
“Ini saya rasa sangat penting sekali untuk menjaga stabilitas. Cabai merah, cabai rawit, telur ayam dan beras menjadi produk volatile food,” ujarnya.
Kemudian, recofusing anggaran, dimana langkah ini sangat tergantung sekali terhadap APBD provinsi dan kabupaten/kota.
BACA JUGA:Kartu Prakerja Gelombang 44 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Berikutnya, mendorong penggunaan data dan digitalisasi untuk pertanian (digital farming). Selanjutnya, gerakan tanaman untuk komoditas volatile food.
Dengan konsep urban farming, masyarakat diupayakan menanam cabai, bawang merah dan volatile food lain untuk menjaga stabilitas pangan.
Lalu, penyediaan alat mesin pertanian (alsintan). Terakhir, menjaga komunikasi agar ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ini bisa terus terjaga.