PALEMBANG, LINGGAUPOS.CO.ID – Wafatnya AM, santri Pondok Modern Darussalam Gontor, asal Palembang, menjadi perbincangan.
Apalagi ibunya, Siti Soimah menceritakan hal ini kepada pengacara kondang Dr Hotman Paris Hutapea SH MHum saat ke Palembang, beberapa hari lalu.
Insiden yang merenggut nyawa santri asal Palembang yang diduga menjadi korban penganiayaan oleh kakak tingkatnya.
Kejadiannya, bermula AM menjadi ketua pelaksana perkajum (perkemahan Kamis-Jumat) pada 19-20 Agustus 2022.
BACA JUGA:Ipda Etty Matanya Sembab, Ia Duduk Menemani Jenasah Suaminya yang Ditembak Sesama Polisi
“Jumat sore, anak-anak sudah balik ke pondok semua. Sabtu dan Minggu pengumpulan barang-barang yang dipinjam dari koordinator perlengkapan Pramuka,’’ kata Noor Syahid, juru bicara (jubir) Pondok Modern Darussalam Gontor, dikutip dari koran sumeks, Selasa 6 September 2022.
Senin 22 Agustus 2022 pagi, koordinator perlengkapan Pramuka pesantren itu melakukan pemeriksaan. Memastikan apakah seluruh barang yang dipinjam sudah lengkap.
Ternyata, ada beberapa barang yang belum kembali.
“Koordinator menanyakan barang-barang itu kepada korban. Ditanya, di mana kok belum lengkap? Kemungkinan korban menjawab tidak tahu. Akhirnya terjadilah dugaan penganiayaan yang mengakibatkan wafatnya korban di tempat,’’ ujarnya.
BACA JUGA:Aiptu Krisman Yanto Anggota Polres Musi Rawas Terima Pin Emas dari Kapolda, Berikut Prestasinya
Sekitar pukul 06.45, AM ditemukan meninggal dunia di tempat ruang penyimpanan barang-barang Pramuka.
Pihak pesantren baru melaporkan kepada keluarga korban sekitar pukul 10.20.
Karena saat itu ketiga pimpinan pesantren sedang tidak di lokasi. Ada yang menjalankan tugas di Bandung, Tasikmalaya, dan menyampaikan pidato di salah satu pondok pesantren.
“Menunggu Pak Kiai yang terdekat selesai pidato, baru diurus. Kami dari pihak Gontor mengakui kesalahan ini sehingga terjadi keterlambatan itu. Kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,’’ ucap Noor Syahid.
BACA JUGA:Soal Dugaan Mafia Migas, Kapolres Lubuklinggau Berikan Penegasan
Pondok Modern Darussalam Gontor mengaku sangat berdukacita. Sebagai lembaga yang concern terhadap pendidikan karakter anak, pihaknya berharap agar peristiwa ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Pihak pesantren tidak menoleransi segala aksi kekerasan.
“Tak berselang satu jam, kedua pelaku langsung dibuatkan surat pemulangan atau pengusiran secara permanen tanpa diberi surat keterangan dan ijazah,’’ tegasnya.
Untuk mengetahui penyebab pasti wafatnya AM masih menantikan penyelidikan kepolisian.
Pihak Pondok Modern Darussalam Gontor juga telah mengeluarkan pernyataan resmi tentang permintaan maaf dan belasungkawa atas wafatnya santri AM.
BACA JUGA:Polisi Tembak Polisi di Lampung, Penyebabnya Karena Istri, Begini Kronologinya
Dalam pernyataan resmi itu, pihak pesantren siap mengikuti segala bentuk upaya dalam rangka penegakan hukum terkait peristiwa tersebut.
Terkait hal itu, Polres Ponorogo telah menerjunkan tim penyidik ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor sejak Minggu 4 September 2022 malam.
Tak kurang dari tujuh saksi telah dimintai keterangan seputar dugaan kematian tak wajar salah seorang santri asal Palembang tersebut.
“Kami telah memeriksa RM (santri, Red), N (santri), dua ustad, dua dokter, dan satu staf pengajar,’’ kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo.
BACA JUGA:Polisi Tembak Polisi di Lampung, 1 Tewas
Sampai kini Polres Ponorogo terus menyelidiki penyebab pasti insiden berdarah tersebut. Dugaan sementara, aksi penganiayaan itu dipicu kesalahpahaman antara pelaku dan korban.
“Sampai saat ini, total korbannya tiga dan terduga pelakunya dua yang merupakan santri senior,’’ jelasnya.
Diketahui, kasus yang terjadi 22 Agustus 2022 itu viral setelah ibu korban mengadukan perkara ini kepada Hotman Paris.
Di akun Instagram pengacara kondang itu, ibu korban merasakan adanya kejanggalan atas kematian putra sulungnya.
BACA JUGA:Pak De di OKI Cabuli Balita, Tapi Tidak Mengaku
Setelah mendengar kronologinya, Hotman Paris meminta Polda Jatim lekas mengusut tuntas perkara ini.
Sementara itu Hotman Paris yang diminta Ibunda AM untuk mengawal dugaan penganiayaan ini kembali memberikan pernyataan tadi malam.
BACA JUGA:Kartu Prakerja Gelombang 44 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara DaftarnyaMelalui akun media sosialnya, dia menegaskan jika ponpes tersebut sudah membenarkan ada tindak kekerasan sesama murid disana.
“Akan tetapi, pelaku hanya dipecat dan dikirim kembali ke rumah orang tua dan belum dilaporkan ke polisi,” katanya.
Sebab itu, dia meminta, Kapolda dan Kapolres setempat untuk segera menjemput pelaku. Kemudian, melalui penyelidikan dan penyidikan kasus ini.
“Karena pimpinan pondok itu sudah mengaku adanya kekerasan,” katanya.
BACA JUGA:Imbas BBM Naik Harga Sembako di Sumatera Selatan Naik
Hotman mengaku, akan mengawal kasus ini. Sebab, sang ibu korban yang merupakan jurnalis asal Palembang dinilainya berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Di tempat terpisah, sesuai dengan permintaan dan arahan dari pengacara Dr Hotman Paris Hutapea SH MHum dua hari lalu, orang tua AM yakni Siti Soimah diarahkan untuk didampingi tim kuasa hukum, dalam hal ini dari kantor hukum Hj Titis Rahmawati SH, MH, CLA.
Penandatanganan kuasa berlangsung, Senin 5 September 2022 sore di kantor Advokat Hj Titis Rahmawati di Jl Kapten A Rivai.
“Benar, baru saja kami menandatangani surat kuasa terhadap Ibu Siti Soimah atas kasus meninggalnya putranya di Ponpes Modern Gontor yang diduga akibat tindak kekerasan,” ungkap Titis, tadi malam.
BACA JUGA:BBM Naik, Harga Cabai di Lubuklinggau Tembus Rp100.000 Per Kg
Namun, ketika dimintai tanggapannya terkait adanya permohonan maaf yang disampaikan oleh pihak Ponpes Modern Gontor, apakah tetap akan melanjutkan permasalahan ini ke jalur hukum, Titis menyebut dirinya belum bisa menjawab pertanyaan tersebut.
“Nanti, coba saya konsultasikan terlebih dulu dengan orang tua AM, yakni Soimah. Inginnya seperti apa sembari kami menyusun langkah-langkah apa saja yang akan diambil,” jelasnya.
Sementara itu, Soimah yang dihubungi melalui pesan singkat Ahatapss tadi malam juga menyatakan dirinya belum bisa berkomentar banyak.
“Mohon maaf aku belum bisa kasih statemen,” tulis Soimah sembari menambahkan emoticon merapatkan kedua telapak tangan pertanda meminta maaf.
BACA JUGA:10 Manfaat Rutin Minum Teh Campur Susu Yang Baik Untuk Kesehatan
Kementerian Agama (Kemenag) terkesan masih tertutup soal kasus kekerasan santri tersebut.
Mulai Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas hingga Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani tidak memberikan komentar.
Tanggapan hanya disampaikan Direktur Pondok Pesantren (Pontren) Kemenag Waryono, itu pun sangat singkat. ’’Sedang proses,’’ katanya melalui pesan singkat.(*)