Antara Arafah dan Mina: Transformasi Nilai Kemanusiaan dalam Puncak Ibadah Haji
Ilustrasi wukuf di Arafah--freepik
Dia menekankan pentingnya mengenal sejarah tempat-tempat suci dalam haji, sebagai pengingat bahwa ibadah ini adalah tentang kembali kepada jati diri manusia, menjalankan perintah Ilahi, dan berharap ridha-Nya.
Adapun “Mina” berasal dari kata “Al-Muna”, jamak dari “Omniah”, yang berarti “keinginan”.
Menurut Al Malki, ketika Malaikat Jibril hendak meninggalkan Adam, ia memintanya untuk mengajukan permintaan—dan Adam pun menginginkan surga.
Tempat ini juga dikenal sebagai lembah yang pernah dilalui oleh sekitar 70 nabi, termasuk tempat berlangsungnya peristiwa penting dalam kisah Nabi Ibrahim, ketika setan berusaha menggagalkan perintah penyembelihan Ismail.
BACA JUGA:Jamaah Mulai Diberangkatkan ke Arafah, Siap Jalani Puncak Haji di Armuzna
Prof. Ali Yafie, mantan Ketua Umum MUI, pernah menyampaikan pentingnya kesadaran spiritual dalam ibadah haji.
“Kita harus tahu diri, tahu menempatkan diri dan sadar diri.” Ungkapan ini sangat relevan, menurut Amirsyah, khususnya saat menjalani wukuf di Arafah, yang merupakan puncak ibadah haji.
“Simbol pelempar jumrah di Mina adalah bentuk perlawanan terhadap setan dalam diri manusia,” tegasnya.
Kini, jutaan jemaah haji dari seluruh dunia akan kembali menghidupkan nilai-nilai luhur ini, memaknai ibadah bukan hanya sebagai kewajiban, melainkan perjalanan spiritual untuk menumbuhkan kemanusiaan sejati.
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial, dengan klik LINK INI
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
