Mengenal Sosok Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Dikenang Hingga Kini
Ahmad Yani--wikipedia
Setealah penyerahan kedaulatan dari Belanda pada akhir 1949, pasukan Ahmad Yani turun gunung dan kembali ke kota.
Usai Belanda angkat kaki, Indonesia menghadapi serangkaian pemberontakan yang datang dari dalam negeri.
Tahun 1950 Ahmad Yani selaku komandan brigade, berhasil menghentikan pemberontakan AUI yang dipimpin Kyai Somalangu.
Ahmad Yani juga berhasil menumpas perlawanan DI/TII setelah membentuk pasukan khusus yang dikenal sebagai ‘Benteng Raiders’.
Singkat cerita, pada 1960 Ahmad Yani mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal dan dipromosikan menjadi wakil KASAD (Kepala Satuan Angkatan Darat).
Pada 23 Juni 1962, Mayor Jenderal Ahmad Yani dilantik menjadi KSAD, jabatan tertinggi di Korps Angkatan Darat, menggantikan Jenderal Nasution.
Meninggal Dalam Peristiwa G30S
BACA JUGA:Biografi Tan Malaka: Bapak Republik yang Terlupakan
Pada 1 Oktober 1965, sekitar pukul 03.00-04.99 WIB, terjadi kegaduhan di kediaman Ahmad Yani karena segerombolan pasukan berseragam Cakrawibawa menerobos masuk.
Tidak lama kemudian, terdengar suara tembakan senjata yang ditujukan kepada Letjen Ahmad Yania.
Letjen Ahmad Yani pun tertembak di depan kamarnya dan meninggal di tempat, disaksikan oleh anak-anaknya.
Segerombolan orang pelaku G30S itu menculik Jenderal Ahmad Yani yang sudah tidak bernyawa dan membawanya ke suatu tempat bernama Lubang Buaya, di Kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.
BACA JUGA:Biografi Soe Hok Gie: Pejuang Idealisme dan Kebebasan
Jenazah Ahmad Yani bersama sejumlah petinggi TNI AD lainnya baru ditemukana di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965.
Jenderal Ahmad Yani dan keenam petinggi TNI AD lainnya diberi kehormatan sebagai pahlawan revolusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: