Sosok Suprayitno Calon Wakil Bupati Mura, Sekolah Jalan Kaki, Pernah Punya Cita-cita Jadi Dokter
Calon Wakil Bupati Mura Suprayitno dikenal sebagai sosok yang tangguh dalam keluarganya. Untuk mengejar cita-citanya, dia rela jalan kaki ke sekolah --
BACA JUGA:Bupati Hj Ratna Machmud Sosialisasikan ILP di Puskesmas Selangit Musi Rawas
"Karena saya cepat nikah, dan gaji sebagai perawat di klinik hanya Rp 600 ribu. Jadi, saya langsung buka warung manisan kecil-kecilan di Pasar Megang Sakti," cerita Suprayitno kepada wartawan dikutip Rabu, 25 September 2024.
Keputusan diambil Suprayitno terbukti tepat. Usaha yang digelutinya seiring waktu berkembang dengan pesat.
Pada 1998 bertepatan dengan kelahiran anak pertamanya, Prayit sapaan akrab Suprayitno berhasil membangun rumah sendiri.
Selanjutnya pada 2004, Suprayitno banting stir lagi dengan menjadi sopir kendaraan pengangkut karet ke gudang.
BACA JUGA:HUT ke-63 Pramuka di Mura, Bupati Hj Ratna Machmud Beri Penghargaan 12 Instansi
Lalu, pada 2007, ia memberanikan diri untuk buka gudang sendiri dengan langsung jualan ke pabrik sampai 2019.
Selanjutnya pada 2019 merintis jual beli sawit sampai sekarang. "Jujur, tidak terbayangkan bisa seperti ini, orang tua saya seorang petani dengan 6 orang anak. Tentu kehidupan kami sangat pas-pasan,” ungkapnya.
Tapi, diungkapkan Prayit mengenang apa yang disampaikan almarhum orang tuanya agar selalu disiplin dalam menuntut ilmu. Karena nantinya sangat bermanfaat dalam mengarungi kehidupan ini.
Kemudian, jangan membeda-bedakan orang ketika sudah sukses. Semuanya harus diperlakukan sama. “Itu yang selalu jadi pegangan hidup saya sampai kini,” kata Prayit.
BACA JUGA:Masalah Kesehatan di Musi Rawas, Bupati Hj Ratna Machmud Komitmen Tingkatkan Kualitas Pelayanan
Soal riwayat pendidikannya, Prayit mengungkapkan pada jenjang SD diselesaikannya di Sumber Harjo (OKU) dan SMP di Megang Sakti yang saat itu masih menginduk di SMP 1 Tugumulyo.
Ia berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Bahkan, ketika tamat SMA YPBI Tugumulyo pada 1991, Prayit tidak langsung kuliah akibat keterbatasan orang tuanya. Selama dua tahun pasca tamat SMA, dirinya kerja di KUD.
Setelah itu baru melanjutkan kuliah keperawatan di Akademi Perawat Yayasan Pembina Palembang dan tamat pada 1996. Padahal, cita-citanya ingin menjadi dokter agar bisa menolong masyarakat yang kurang mampu.
"Cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi dokter. Tapi, karena keterbatasan ekonomi jadi kuliahnya mengambil jurusan keperawatan,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: