Puasa Syawal 6 Hari Tak Berurutan? ini Penjelasan Ustadz Sunnatullah

Puasa Syawal 6 Hari Tak Berurutan? ini Penjelasan Ustadz Sunnatullah

Puasa syawal.--Freepik

LINGGAUPOS.CO.ID - Puasa syawal merupakan salah satu amalan sunah di bulan Syawal yang dikerjakan selama 6 hari. 

Saat ini umat muslim telah memasuki bulan Syawal setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan. 

Puasa Syawal adalah salah satu ibadah sunah yang memiliki banyak keutamaan untuk umat yang mengerjakannya. 

Namun, bagaimana jika puasa syawal dilakukan kurang dari 6 hari? Bolehkah puasa syawal tidak berurutan?

BACA JUGA:Inilah Tata Cara dan Keutamaan Salat Sunnah Syawal

Rasulullah dalam salah satu haditsnya menyebutkan bahwa pahala orang yang berpuasa sunnah Syawal selama enam hari setelah berpuasa Ramadhan, sama halnya dengan pahala puasa selama satu tahun. 

Karena keutamaan itu, umat Islam tak sedikit yang antusias melaksanakan puasa sunnah Syawal sebanyak enam hari. Namun dalam praktiknya, kadang tidak selalu berurutan, melainkan dilakukan secara terpisah.

Misalkan tanggal 2 Syawal berpuasa, keesokan harinya tidak lagi berpuasa, kemudian dilanjutkan di hari-hari berikutnya.

Praktik ini dalam pandangan ulama tidaklah salah. Namun yang paling utama, puasa Syawal dikerjakan secara berurutan. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop, 

BACA JUGA:Catat, Inilah 5 Daftar Waktu Puasa yang Diharamkan dalam Ajaran Islam

Bangkalan, Jawa Timur dalam artikelnya di NU Online. Dengan mengutip pendapat Sayyid Abdullah Al-Hadrami, Ustadz Sunnatullah menjelaskan bahwa puasa sunnah Syawal tidak harus dilakukan secara tersambung. Enam hari puasa sunnah Syawal boleh dikerjakan secara terpisah-pisah sepanjang masih berada dalam bulan Syawal.

“Apakah disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus? Jawaban: sesungguhnya tidak disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus, dan cukup bagimu untuk puasa enam hari dari bulan Syawal sekalipun terpisah-pisah, sepanjang semua puasa tersebut dilakukan di dalam bulan ini (Syawal).” demikian pendapat Sayyid Abdullah al-Hadrami yang dikutip Ustadz Sunnatullah. 

Dengan demikian, praktik umat Islam yang melaksanakan puasa Syawal secara terpisah masih dibenarkan. 

Kendati demikian, jelas Ustadz Sunnatullah, yang lebih utama adalah dilakukan terus-menerus tanpa dipisah-pisah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: