Masuk Surga
Dahlan Iskan menerima kaos bertuliskan "Wartawan PWI Semua Masuk Surga Kecuali yang Tidak Mau" di Batam-artikel ilham bintang-
Oleh: Dahlan Iskan
Sejumlah wartawan mengenakan kaus putih. Di dada mereka tertulis huruf-huruf besar Wartawan disway.id/listtag/63391/pwi">PWI Semua Masuk Surga. Di bawahnya ditambahkan tulisan kecil: Kecuali yang Tidak Mau.
Masuk surga? Bener?
"Bacalah kode etik wartawan PWI. Pasal satunya menyebut bahwa wartawan PWI beriman dan bertaqwa kepada Tuhan," ujar Zulmansyah Sekedang, ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau. Ia yang menjadi tuan rumah acara seminar kode etik wartawan di Batam. Dua hari lalu. Acara itu dibiayai APBD Riau.
Ditambah CSR perusahaan besar di sana.
BACA JUGA:Terowongan Kembar
Hari pertama, saya dan Ilham Bintang yang tampil. Ilham, tokoh perfilman nasional dan pemilik Cek & Ricek. Ia juga menjabat ketua dewan kehomatan PWI Pusat.
Saya sendiri hanya bicara 3 menit. Saya hanya melemparkan pertanyaan: siapa yang seharusnya menindak ketika ada wartawan yang melanggar kode etik: organisasi wartawan, perusahaan media, atau Dewan Pers.
Itu pun masih ada buntutnya: bagaimana caranya.
Kebingungan seperti itulah yang juga akan dialami Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setelah UU Kesehatan yang baru diberlakukan. IDI juga sudah kehilangan senjata untuk menindak dokter yang melanggar kode etik.
BACA JUGA:Otobahn Rempang
Dulu, PWI satu-satunya organisasi wartawan. Sangat bergigi. Menjadi wartawan harus menjadi anggota PWI.
Untuk jadi pemimpin redaksi harus mendapat rekomendasi PWI. Pun status keanggotaannya harus level tertentu.
Sayangnya, waktu itu, ada persyaratan tambahan. Tidak tertulis tapi terucapkan. Mengucapkannya pun tidak jelas, tapi harus didengar baik-baik: rekomendasi baru keluar kalau calon pemimpin redaksi tersebut, sssttttt...., pro Golkar.
Dulu ketika Dewan Kehormatan PWI bisa menindak wartawan buntutnya bisa panjang: si wartawan bisa kehilangan pekerjaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: