Warung Soto Babat Terminal Lubuklinggau, Bertahan Sejak 1999, Sering Diborong Bupati

Warung Soto Babat Terminal Lubuklinggau, Bertahan Sejak 1999, Sering Diborong Bupati

Saudi pemilik Warung Nasi Soto Mas Didit berada di Terminal Simpang Periuk Kota Lubuklinggau saat meracik soto pesanan. -Budi Black-LINGGAUPOS.CO.ID

LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.CO.ID – Warung Nasi Soto Lengendari Mas Didit Kota Lubuklinggau memiliki keistimewaan citra rasa tersendiri.

Warung kuliner ini terkadang disebut para pencinta kuliner Warung Soto Babat Terminal.

Kenapa disebut Warung Soto Babat Terminal?

Karena Warung Soto Mas Didit bertahan sejak 1999 di kawasan Terminal Simpang Periuk di Kecamatan Lubuklinggau Selatan 2 Kota Lubuklinggau.  

BACA JUGA:Lampung dan 6 Kabupaten di Bengkulu Wajib Diwaspadai Rayakan Tahun Baru 2023

 

Walaupun letaknya jauh dari jalan, namun usaha yang digeluti Saudi warga Jalan Amula Rahayu Kota Lubuklinggau itu setiap hari banyak dikunjungi pencinta kuliner.  

 

Dengan bumbu rempah-rempah khas Jawa, Warung Nasi Soto milik Saudi ini banyak digemari para pencinta kuliner.

Baik dari kalangan bawah hingga pejabat, tidak ada yang tidak kenal dengan Warung Nasi Soto Mas Didit berlokasi di Terminal Simpang Periuk Kota Lubuklinggau.    

Bahkan Bupati Musi Rawas periode 2016-2021 H Hendra Gunawan sering memborong Soto Babat Mas Didit untuk setiap kali kegiatan di kediamannnya.

BACA JUGA:1.476 GB Data di Muratara Sumatera Selatan Dicuri, Ternyata Ini Terduga Pelakunya

“Dulu pak Hendra Gunawan sering borong Soto Babat. Kalau rasanya lebih khas mengarah ke Soto Jawa Barat,” cerita Saudi saat dibincangi LINGGAUPOS.CO.ID.  

Untuk harga, Saudi mematok Rp 15.000 satu porsi bagi pencinta kuliner yang ingin menikmati Soto Babat maupun Soto Ayam Mas Didit.

Namun Jika ingin meminta porsi lebih, para pencinta kuliner biasanya mengambil paket lebih dengan harga Rp 20.000 per makok.

“Biasanya ada yang minta ayam atau babatnya dibanyakin jadi nambah Rp 5.000. Kalau soal bumbu sama dengan soto lainnya tidak ada yang rahasia, hanya saja kita lebih perbanyak bumbu rempahnya,” jelas Saudi.

BACA JUGA:PLN Lubuklinggau Sedia SPKLU untuk Kendaraan Listrik Anda, Begini Caranya

Dengan ciri khas bumbu rempah-rempah, menjamin rasa Soto Mas Didit tidak perlu diragukan lagi.

Sehingga pencinta kuliner di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas khususnya dan Provinsi Sumatera Selatan umumnya dijamin pasti ketagihan datang ke Warung Nasi Soto Mas Didit.

Saudi mengaku tidak pernah mengurangi takaran bumbu rempah yang diracik dalam kuah kendati harga Sembako naik.  

Bagi pencinta kuliner jika ingin mencicipi Soto Mas Didit bisa datang ke Warung Soto Mas Didit berada di tengah Terminal Simpang Periuk Kota Lubuklinggau yang saat ini pengelolaannya diserahkan ke Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.

BACA JUGA:Waspada Cuaca Ekstrem, Mau Rayakan Tahun Baru 2023 ke Bengkulu Wajib Tahu

Saudi, pemilik Warung Soto Mas Didit mengaku saat ini memiliki dua cabang warung soto di Kota Lubuklinggau.

Khusus warung soto di Terminal Simpang Periuk, dikelolanya sendiri.

Sedangkan cabangnya di Kelurahan Marga Mulya Kecamatan Lubuklinggau Selatan 1 dikeloa oleh istrinya.

“Mayoritas sekarang yang datang makan di sini (Warung Soto Mas Didit) masyarakat desa yang dulunya menggunakan angkutan di Terminal Simpang Periuk,” cerita Saudi .  

BACA JUGA:Anak Pemulung di Palembang Disunatkan Polisi, Sebelumnya Sang Orang Tua Bilang Begini

Warung Soto Legendaris ini mulai beroperasi sejak 1999, dimana saat itu Terminal Simpang Periuk masih dikelola Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.

Para penikmat menu Soto Mas Didit dulunya mayoritas para penumpang angkutan umum.

Baik mereka yang berdomisili di Kota Lubuklinggau maupun Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.

Saudi mengaku masih tetap bertahan berjualan di Terminal Simpang Periuk karena dirinya yakin, pelanggan masakannya akan tetap ada.

BACA JUGA:Pahami Tahapan Pendaftaran SNMPTN dan SBMPTN 2023, Agar Tidak Salah Informasi

Walupun dalam sehari dirinya hanya mampu menjual lebih kurang 30 porsi dengan omset kotor Rp 300 hingga 450 ribu.

Dulunya sebelum pandemi Covid-19, Saudi mengaku bisa mengaku bisa menjual minimal 50 porsi dengan omset kotor lebih kurang Rp 750 Ribu  dalalam sehari.

Saudi menjamin menu yang disajikan khusunya Soto Babat bebas dari bahan pengawet.

Termasuk bumbu yang digunakan, Saudi selalu menjaga citra rasa yang khas di lidah pelangagnnya.

BACA JUGA:10 Wilayah Diprediksi Terjadi Cuaca Ekstrem, Wali Kota Bengkulu : Rayakan Tahun Baru 2023 di Rumah Berdoa

Untuk satu porsi, Mas Didit mematok harga Rp 15.000 baik Soto Ayam maupun Soto Babat.  

“Dulu pada saat zaman Bupati pak Hendra Gunawan sering sekali borong Soto Babat kalau ada acara di rumahnya,” cerita Saudi.

Sebagai informasi Soto merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia dengan cita rasa gurihnya yang khas.

Makanan berkuah ini termasuk menu favorit masyarakat Indonesia yang dikonsumsi sehari-hari.

BACA JUGA:Mulai Tahun Baru 2023, ini Syarat Naik Pesawat di Bandara Silampari Lubuklinggau

Apalagi jika dikonsumsi saat musim hujan, kuahnya yang hangat dan segar memberikan kenikmatan tersendiri.

Di Indonesia, terdapat berbagai macam olahan soto populer dengan bahan dan bumbu khas dan menggugah selera.

Salah satu sajian soto yang terkenal dan banyak diminati masyarakat adalah soto babat.

Sesuai dengan sebutannya, soto ini dibuat dengan campuran babat, yaitu jeroan sapi bagian lambung bertekstur kenyal.

BACA JUGA:Kondisi Terkini Menhub Budi Karya Sumadi Setelah Jatuh dari Tangga Helikopter

Bukan hanya daging babat, hidangan soto babat juga dilengkapi dengan berbagai bahan campuran lain seperti potongan tomat, daun bawang, hingga toge.

Berbagai bahan tersebut disajikan dengan nasi hangat kemudian disiram dengan kuah yang diolah dengan bumbu rempah khas bercita rasa gurih. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: