Jembatan Ampera Peringkat Kelima dari 5 Jembatan Terpanjang di Pulau Sumatera
Jika Tol Mjuara Enim dan Betung selesai dibangun, warga Kota Lubuklinggau bisa lebih cepat sampai ke Kota Palembang berfoto di Jembatan Ampera-dokumen-linggaupos.co.id
PALEMBANG, LINGGAUPOS.CO.ID - Pulau Sumatera merupakan pulau terbesar ke-6 di dunia yang memiliki keragaman hayati serta didiami penduduk dengan beragam budaya.
Sumatera memiliki luas yang lebih besar daripada negara Inggris dan pulau utama Jepang atau Honshu.
Simak, bagaimana sejarah dari Pulau Sumatera dan kondisi geografis terkininya, ini penjelasannya
Sejarah Pulau Sumatera
BACA JUGA:Penjual Es Batu di Lubuklinggau Tewas Depan Kulkas, Kondisinya Mengenaskan
Berbicara soal sejarah, Sumatera memiliki banyak jejak sejarah. Mulai dari sejarah perkembangan perdagangan, sejarah kerajaan-kerajaan Buddha hingga Islam. Oleh karena itu, Pulau Sumatera memiliki peran dalam memajukan peradaban di Nusantara ini.
Mengutip buku Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia oleh Anthony Reid (2011), Pulau Sumatera memiliki nama Taprobana yang diberikan oleh Ptolemeus yang berarti bahwa Pulau Sumatera merupakan salah satu bagian penting dari "tanah emas" yang disebutkan dalam kisah kepahlawanan India dan para kelana Islam.
Sejarah mencatat, bahwa Pulau Sumatera pernah berjaya di masa lalu saat ada dalam penguasaan kerajaan Sriwijaya. Pada masa kerajaan Sriwijaya, Sumatra dikenal sebagai tempat transit para pedagang dari mancanegara. Tempat-tempat yang menjadi wilayah aktif para pedagang adalah Selat Sunda dan Selat Malaka.
Menurut keterangan yang didapat dari prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya, bahasa yang pertama kali digunakan di Sumatera adalah bahasa Melayu. Adapun sebutan Minangkabau adalah daerah yang berpenduduk padat, di mana penduduknya menghasilkan beras dan emas. Hal tersebut menjadi salah satu warisan dari kejayaan Sriwijaya pada masanya.
BACA JUGA:Sering Makan Telur Setengah Matang? Awas 3 Bahaya Ini Bagi Kesehatan
Pulau Sumatera memiliki luas wilayah 473.481 kilometer merupakan pulau yang memiliki banyak sungai besar. Sedikitnya tercatat ada 12 sungai besar dan panjang di Pulau Sumatera.
Sehingga untuk menyatukan daratan di pulau ini, tak heran bila terdapat jembatan yang juga panjang sebagai jalur penghubung. Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya.
Jembatan juga bisa menjadi bagian yang menyatukan dua wilayah yang terpisahkan oleh sungai, jurang ataupun teluk (laut). Jembatan berfungsi sebagai penghubung atar daratan sehingga dapat memudahkan akses transportasi.
Terlepas dari fungsi utamanya, jembatan kini juga berfungsi sebagai landmark suatu wilayah seiring berkembangnya industri pariwisata. Pastinya di mana pun jembatan tersebut berada, struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan tersebut selalu berhasil menarik perhatian setiap orang.
BACA JUGA:1 Juta Pekerja Belum Cairkan BSU, Buruan Cek Nama Anda di Sini, Terakhir Pencairan 20 Desember 2022
Berikut 5 jembatan terpanjang di Pulau Sumatera yang memiliki konstruksi yang megah dan juga menjadi ikon daerah.
1. Jembatan Barelang (2,26 km)
Memiliki panjang keseluruhan 2.264 meter atau sekitar 2,26 KM, Jembatan Bereleng dinobatkan sebagai jembatan terpanjang di Pulau Sumatera. Jembatan yang terletak di Kepualaun Riau ini menghubungkan 6 pulau yang membentang di wilayah Kota Batam. Ke enam pulau tersebut meliputi, Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.
Jembatan ini sudah menjadi kebanggaan masyarakat Kota Batam, sebab konstruksi Jembatan Barelang merupakan salah satu mahakarya Bangsa yang patut dilestarikan dan diapresiasikan karena telah menjadi ikon pariwisata di Kota Batam.
BACA JUGA:Batalkan Nonton Bareng Final Piala Dunia 2022, Polres Lubuklinggau Minta Maaf
Jembatan ini diprakarsai langsung oleh Bapak Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie pada tahun 1992, ketika saat itu beliau masih menjadi pejabat pada era Orde Baru sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Dengan pikiran-pikiran briliannya, beliau merancang sebuah maha karya berupa bangunan jembatan Indonesia yang merupakan bangunan yang dirancang dengan konsep arsitektur modern yang mengadopsi bangunan jembatan legendaris Golden Gate yang terdapat di wilayah San Fransisco, Amerika Serikat.
Terdapat 6 rangkaian pada jembatan tersebut, dimana setiap masing-masing rangkaiannya mengambil nama dari 6 Raja yang pernah menguasai Melayu - Riau dari abad 15 M hingga 18 M.
Ke enam rangkaian jembatan tersebut di antaranya:
Jembatan Tengku Fisabilillah, memiliki panjang jembatan 642 meter, bentang 350 meter dan tinggi 38 meter. Jembatan I Barelang ini merupakan jembatan yang paling ramai dikunjungi baik oleh warga Batam sendiri maupun wisatawan luar dan dalam negeri.
BACA JUGA:Profile Sridevi Prabumulih Juara Dangdut Academy 5, Umurnya Baru 14 Tahun
Jembatan Nara Singa, yang menghubungkan Pulan Tonton dengan Pulau Nipah, memiliki panjang jembatan 420 meter dengan ketinggian 15 meter dan bentang 160 meter.
Jembatan Raja Ali Haji, yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setoko dengan panjang jembatannya 270 meter, bentang 45 meter dan tingginya 15 meter.
Jembatan Sultan Zainal Abidin, yang menghubungkan Pulau Setoko dengan Pulau Rempang dengan panjang jembatan 365 meter, bentang 145 meter, dan tinggi 16,5 meter.
Jembatan Tuanku Tambusai, memiliki panjang 385 meter, bentang 245 meter dan tinggi 27 meter ini menghubungkan Pulan Rempang dengan Pulau Galang.
BACA JUGA:Bikin Bangga, Sridevi Prabumulih Sumatera Selatan Juara Dangdut Academy 5
Jembatan Raja Kecik, yang memiliki panjang 180 meter, bentang 45 meter dan tinggi 9,5 meter. Jembatan Raja Kecil ini menghubungkan Pulau Galang dengan Pulang Galang Baru.
2. Jembatan Dompak (1,5 km)
Membentang sepanjang 1,5 km, Jembatan Dompak dinobatkan sebagai jembatan terpanjang ke-2 di Pulau Sumatera.
Jembatan ini terletak di Kota Tanjungpinang. Jembatan megah ini menghubungkan area komplek pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dengan area Kota Tanjungpinang. Pembangunan jembatan ini diinisiasi oleh mantan Gubernur Kepulauan Riau yakni Ismeth Abdullah pada awal 2006.
BACA JUGA:Mau Voting
Awalnya, ada dua daerah yang menjadi opsi pembangunan jembatan, yakni Senggarang dan pulau Dompak. Dengan berbagai pertimbangan, dipilihlah pulau Dompak sebagai lokasi Pusat Pemerintahan Provinsi Kepri.
Setelah daerah pembangunan jembatan telah diputuskan, tahun 2007 perencanaan pembangunan awal dilakukan dengan mengerjakan Detail Engineering Design (DED).
Proses peletakan batu pertama dilakukan pada Juli 2014 oleh gubernur Muhammad Sani. Oktober 2015, proyek jembatan tersebut mengalami musibah, yakni ambruknya pembangunan di P9.
Kejadian ini membuat target penyelesaian jembatan tidak tercapai dan pihak kontraktor rugi hingga Rp30 miliar.
BACA JUGA:Semifinal Piala Dunia 2022: Prediksi Maroko vs Prancis, Tak Anggap Remeh
Meski sempat membuat banyak pihak putus asa, pihak kontraktor dan Pemprov Kepri pun menggeser rancangan jembatan itu supaya dapat dilanjutkan pembangunannya. Salah satunya adalah perubahan sentuhan yang dilakukan pada desain jembatan.
Jembatan ini dibuka untuk umum pada November 2016. Sementera pada 2017, jembatan ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dengan usulan nama Jembatan Sultan Mahmud Riayat Syah oleh gubernur Nurdin Basirun.
Hingga kini, jembatan Dompak telah menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Tanjungpinang.
3. Jembatan Batanghari II
BACA JUGA:Berapa Besar Hadiah Juara 1, 2, dan 3, Pemenang Piala Dunia 2022?
Peringkat ketiga sebagai jembatan terpanjang di Pulau Sumatera ditempati oleh Jembatan Batanghari II. Jembatan ini di bangun selama 8 tahun (2002-2010), terletak di Kota Jambi dan memiliki panjang 1.400 meter atau 1,4 km dengan lebar sekitar 9 meter.
Pembangunan Jembatan Batanghari II berhasil mempersingkat waktu tempuh dari kota Jambi ke wilayah sekitarnya. Contohnya jarak tempuh dari Jambi ke Pelabuhan Muara Sabak semula 131,99 kilometer menjadi 61,86 kilometer. Sebagai jembatan alternatif yang menghubungkan jalur lintas timur di Kota Jambi sehingga membantu dalam pengiriman barang dan pelayanan jasa agar tepat dan efisien.
Sementara menurut Bernhard Panjaitan, MM Kepala Sub Dinas Praswil dan Tata Ruang Provinsi Jambi pembangunan Jembatan Batanghari II ini menelan biaya kurang lebih Rp125 miliar dari APBN,APBD Provinsi,APBD Kota Jambi, APBD Muara Jambi dan APBD Tanjab Timur selama tiga tahun anggaran yakni tahun 2003,2004 dan 2005.
4. Jembatan Tengku Agung Sultanah Siak (1,19 km)
BACA JUGA:Piala Dunia 2022: Skenario Final Kroasia vs Maroko, Lahirnya Juara Baru
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, dikenal juga dengan nama Jembatan Siak, adalah sebuah jembatan yang terletak di Kota Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang membentang di atas Sungai Siak ini merupakan urat nadi perkembangan Kabupaten Siak dan kota Siak Sri Indrapura yang memiliki dua sisi daratan.
Sisi Utara di Kecamatan Siak, dengan ikon sejarah Istana Asserayah Hasyimiyah (yang juga dikenal dengan nama Istana Siak Sri Indrapura), dan sisi Selatan di Kecamatan Mempura dengan ikon sejarah berupa benteng dan tangsi Belanda di Desa Benteng Hulu dan Desa Benteng Hilir.
Nama jembatan ini diambil dari nama gelar permaisuri sultan terakhir Kerajaan Siak yang mengakhiri masa pemerintahan pada tahun 1946, atau satu tahun setelah Indonesia merdeka.
BACA JUGA:MotoGP 2023: 21 Seri, 42 Balapan
Jembatan kebanggaan rakyat Siak, provinsi Riau ini juga biasa disebut Jembatan Siak. Struktur megah ini menghubungkan dua daerah yang dipisahkan oleh Sungai Siak dan menjadi penghubung utama daerah sekitarnya.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah memiliki panjang 1.196 meter, lebar 16,95 meter ditambah dua buah trotoar selebar 2,25 meter yang mengapit sisi kanan dan kiri jembatan.
Ketinggian jembatan mencapai 23 meter di atas permukaan air Sungai Siak yang lebarnya mencapai sekitar 300 meter dan mampu menanggung beban sebanyak 28 ton.
Di atas jembatan berdiri dua menara setinggi masing-masing 80 meter dengan ukuran 10 X 5 m2, yang digunakan untuk diorama teater dan rumah makan, yang dilengkapi dengan dua buah lift untuk menuju puncak menara.
BACA JUGA:Bikin Bangga, Sridevi Prabumulih Sumatera Selatan Juara Dangdut Academy 5
Jembatan yang dirancang bisa bertahan hingga usia lebih dari 100 tahun itu dibangun melalui sistem cable stayed, dengan konstruksi modern.
5. Jembatan Ampera 9 (1,11 km)
Rakyat Palembang harus bangga atas jembatan yang telah berdiri sejak tahun 1965 ini. Jembatan ini dibangun di atas Sungai Musi yang diketahui memiliki sejarah panjang dengan kerajaan Sriwijaya.
Salah satu sejarah yang harus selalu dikenang, Jembatan Ampera diinisiasi dan dibangun oleh Presiden RI Ir Soekarno. Pembangunan Jembatan Ampera merupakan hasil rampasan perang kala itu.
BACA JUGA:Luca Marini: Motor MotoGP Kelewat Mudah Dikendarai, Peran Rider Tak Lagi Besar
Singkatan dari Ampera adalah Amanat Penderitaan Rakyat. Jembatan yang sudah menjadi lambang dan ikon Kota Palembang ini menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Jembatan Ampera memiliki panjang 1.117 meter dengan lebar 22 meter (bagian tengah 71,90 meter, berat 944 ton dan dilengkapi pembandul seberat 500 ton). Semua bagian tengah bisa diangkat agar kapal-kapal besar bisa lewat namun sejak tahun 1970 bagian tengah sudah tidak dapat diangkat lagi.
Bandul pemberatnya pada tahun 1990 dibongkar karena dikhawatirkan dapat membahayakan. Tinggi jembatan ini 11,5 meter dari atas permukaan air, tinggi menara 63 meter dari permukaan tanah dan jarak antara menara 75 meter. (Berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: sumeks.co