Jukung: Exit Tol Ciganea

Jukung: Exit Tol Ciganea

Oleh Hendy UP Ahad pekan lalu 22 Januari 2022 akhirnya kesampaian juga pergi ke dusun Jukung amp Airkati Mengajak serta para cucu dan nenek umaknya Sudah lama tak sanjau turni ke dusun ini mungkin enam atau tujuh tahunan Dalam liuk liku penanjakan jalan hotmik antara kawasan bekas Erfpacht Afdeeling Tabarejo kini kelurahan Rahma hingga mentok di rel KA tiba tiba teringat kembali kali pertama aku menginjakkan kaki di dusun ini kira kira 43 tahun yang lampau Lantas apa hubungannya dengan Ciganea Apakah karena ada rencana jalan tol Palembang Bengkulu via Lubuklinggau Ya ya ya mungkin iya Setidaknya kita berharap agar PT Hutama Karya dapat dipercaya menambah dana talangan dari sindikasi perbankan untuk pembiayaan sirip tol Palembang Bengkulu Kelak insya Alloh nama Jukung itu mirip kasus Ciganea Ya nama Dukuh Ciganea Desa Mekargalih tiba tiba mendunia gara gara tertulis pada rambu Exit Tol Ciganea di Km 72 Tol Cipularang yang diresmikan Presiden SBY pada 26 April 2005 dengan total anggaran Rp 1 6 triliun Alkisah suatu hari di tahun 2007 dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta beristirahatlah kami di Rest Area Ciganea Sembari menunggu driver asli yang peset kelelahan saya ngluyur ke belakang restoran Soto Sadang Ngobrol santai dengan Mamang tukang kebersihan karyawan Rest Area yang asli warga Ciganea Dia mengatakan bahwa dulu sebelum ada jalan tol ini dukuh Ciganea tidak dikenal orang luar Walaupun ada stasiun kereta api kecil tapi hanya dikenal oleh warga lokal sekitar desa Mekargalih Sadang atau Jatiluhur Tapi kini nama Ciganea sudah mendunia berkat tulisan di rambu tol Cipularang Ya salah satu kehebatan jalan tol adalah secepat kilat mampu mengubur rapat padat kerdak masa lalu menggilas libas kisah keterbelakangan peradaban Seolah nama desa yang tertera di rambu tol telah maju seabad yang lalu seakan keterbelakangan itu telah terkubur dalam dalam dalam museum kebudayaan bari Tapi tunggu dulu Artepak benda budaya mungkin bisa musnah terkubur tapi sejarah peradaban manusia mustinya harus tetap kita simpan Inilah kisahku dengan Jukung dan Airkati yang masih tersimpan Tahun 1978 1980 aku bertugas di Kecamatan Muarabeliti yang mencakup dua wilayah marga yakni Proatin Lima dan Tiang Pungpung Kepungut TPK Dusun Jukung dan Airkati adalah termasuk Marga TPK yang beribumarga di Muarakati Kala itu Pasirahnya Pak Fauzi dan Pembarapnya masih dijabat oleh Pak Daud yang kelak pada tahun 1979 diganti oleh Pak Abubakar Kebur Sebagai Penyuluh Pertanian salah satu tugasnya adalah penyuluhan dan pendataan alat mesin pertanian Maka pada hari Ahad 21 Januari 1979 pergilah aku sendirian ke Jukung dan Airkati Yaa empat puluh tiga tahun yang lalu betapa susahnya menjangkau dusun ini Tidak ada akses jalan dari Tabarejo ke Jukung Airkati Ba da dzuhur dengan menumpang sepur langsam dari Lubuklinggau akhirnya sampai juga di Airkati dengan risiko pantalon dan baju terbolong bolong terpercik api batubara sepur Di Airkati diterima Pak Gindo Rasip dan nginap di rumah Punggawa Alikesin Besoknya Pak Gindo mengumpulkan warga untuk acara penyuluhan walaupun sering terganggu bunyi sepur langsam Sore harinya diantar ke Jukung oleh Pak Bahri salah seorang perangkat desa berjalan kaki dan diterima oleh Pjs Gindo Jukung Menginap di rumah Punggawa A Mansyur yang membantu pendataan gilingan kopi milik Aliamat Setahun kemudian untuk menempuh Desa Airkati kami bertiga berjalan kaki menapaki rel KA dari Lubuklinggau Dua jam lebih terseok seok di atas bantalan sepur Kami bertiga itu adalah Pak Mulkan Efendi BA almarhum yang kala itu menjabat Mantri Pagar Praja Muarabeliti kini setara Sekcam dan pegawai BRI Muarabeliti Itu dalam rangka sosialisasi Inpres No 10 Tahun 1981 tentang Tunggakan Bimas Pertanian Maka sepulang tugas turni itu kami berhari hari mengurut kaki Terasa indah kenangan hingga kini Muarabeliti Ahad 30 Januari 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: