Mental Wartawan Sejati (2)

Mental Wartawan Sejati (2)

Oleh Purwadi Review Buku Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Dahlan Iskan vs Goenawan Mohamad Buku 1 KEBERANIAN penulis dalam menulis buku Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Dahlan Iskan vs Goenawan Mohamad saya akui luar biasa Kenekatan dan kegigihan penulis untuk menemui narasumber juga patut mendapat apresiasi Itu menunjukkan mental wartawan sejati Misalnya penulis menceritakan bagaimana dia berjuang harus mendapatkan konfirmasi dari tokoh sentral Dahlan Iskan Meski DIS bergeming tetap tidak mau memberikan komentar di hampir semua pertanyaan penulis Termasuk tidak mau menerima setumpuk daftar pertanyaan yang diajukan penulis BACA JUGA Kalimat Pembuka yang Provokatif 1 Tidak Saya tidak mau menerimanya ujar DIS ketika penulis menyodorkan pertanyaan Ini berbeda dengan ketika penulis Bahari menggaraf buku sebelumnya Azrul Ananda Dipuja dan Dicibir Pada buku ini DIS malah menanyakan kepada Bahari Kapan bukumu terbit tanya DIS Jawab Bahari Insya Allah secepatnya Bos Sampai lima kali penulis menemui DIS Tetap saja DIS bergeming Tidak mau komentar Saya tidak butuh loyalis jawab DIS ketika penulis Bahari menanyakan kenapa tidak melawan Goenawan Mohamad dkk Begitu juga untuk mendapatkan keterangan sekaligus konfirmasi ke Goenawan Mohamad Tiga kali japri via WA Kali ketiga baru mendapat jawaban Goenawan Mohamad GM Mas Goen tulis Bahari orang yang biasa menyapanya Jawaban intinya GM tidak mau diwawancarai Maaf Saya sedang menyiapkan buku untuk pameran tunggal Gak punya waktu jawab GM di WA Bahari Ternyata Mas Bahari penulis tidak menyerah Dia nekad dari Surabaya ke Jakarta Mengejar GM tantangan tersendiri bagi penulis Meski ditolak mentah mentah dia tidak pasrah begitu saja Jiwa pejuang ke wartawan annya luar biasa kuat Berbekal uang pinjaman dari keluarganya dia berangkat ke Jakarta Pokoknya harus ketemu Jujukan pertama penulis gedung Salihara kantor sekaligus tempat ngumpul pertunjukan para seniman dan budayawan di Jakarta Hasilnya masih sama GM tetap tidak mau diwawancarai sebagai narasumber Alasannya dia tidak mengetahui sengkarut dan konflik di Jawa Pos Tulisan Detailnya di Buku 2 Hanya satu kalimat ini jawaban GM Saya tidak tahu konflik di Jawa Pos Menyerahkan Bahari Dia tidak menyerah Sampai kapan pun wartawan harus dapatkan komentar GM Momentum ini tidak boleh sia siakan Saya harus dapatkan komentar Mas Goen Mumpung ketemu Saya jauh jauh datang dari Surabaya papar Bahari dalam bukunya Serunya Bahari sempat adu argumen dengan Nike sekretaris Mas Goen Nike banyak bertanya kepada Mas Bahari Apa sudah janjian Ada keperluan apa Dan masih banyak lagi pertanyaan Intinya Nike tidak memperbolehkan Mas Bahari mewawancarai Mas Goen jika tidak janjian sebelumnya Mas Bahari lah kadung datang Dia pantang mundur selangkah pun Dengan segal cara Mas Bahari menjelaskan ke Nike via telepon Nike di bagian ruangan dalam gedung Salihara Sedangkan Mas Bahari di pos keamanan security bagian depan gedung Buku 2 Kenekatan dan keberanian penulis yang juga wartawan ini menurut saya 90 modal untuk menjadi wartawan yang ideal Nekat dan berani dalam bertugas tentunya Karena memang wartawan itu pemburu berita pencari berita dan menulis fakta dengan apa adanya Semua ini ada pada Mas Bahari Penulis piawai olah kata dan mendeskripsikan objek beritanya Itu yang saya suka Seperti pada review terdahulu saya ketika awal masuk di Sumatera Ekspres Sumeks Mei 2000 Hampir setiap ada tulisan feature Boks halaman bawah Sumeks penulisnya Bahari wajib saya baca Bahasa yang bertutur lugas dan sistematis membuat alur ceritanya hidup Sama dengan gaya penulisan buku Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Dahlan Iskan vs Goenawan Mohamad Gaya bahasanya lugas Tanpa tedeng aling aling Bukan hanya jawaban atas pertanyaan yang ia tanyakan Mimik gesture tubuh bahasa tubuh kerlingan mata si narasumber ia tuliskan Pokoknya detail Ini sebagai upaya Mas Bahari membuat pembaca yakin bahwa tulisan buku ini tidak main main Penulis mengklaim bukunya ini merupakan sebuah karya semi dokumenter Karena narasumbernya adalah pelaku dan orang orang yang terlibat langsung pada objek pokok bahasan Mereka yang menjadi narasumber baik karyawan JP yang masih aktif maupun yang sudah purnatugas pensiun Penulis juga mengumpulkan informasi dari orang orang dekat DIS maupun mantan karyawan JP lainnya Termasuk mengorek keterangan karyawan kelas bawah sekalipun Demikian juga untuk Mas Goen Meski tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan Ada saja trik penulis supaya bisa mendapatkan sedikit demi sedikit informasinya Melalui orang orang di JP yang mengenal Goenawan Mohamad Atau dari buku yang berkaitan dengan tulisan seputar Goenawan Mohamad di Tempo Oh ya kelak di buku 2 Mas Bahari menuliskan dia nekat menunggu Mas Goen di gedung Salihara Hari yang sama Soalnya bersamaan dengan dirinya ada wartawan Tempo wanita berjilbab yang memang janjian untuk wawancara sang Bos Tempo itu Jadi anak buah wawancarai bosnya Mas Bahari menyingkir ke luar tapi masih di area gedung Salihara menunggu sang wartawan wanita itu usai wawancara Meski diusir secara halus Mas Bahari tidak mau pergi Cara mengusirnya beragam Mulai dari petugas security meminta Mas Bahari pindah tempat duduknya Maksudnya untuk tidak duduk di pinggir jalan yang akan dilalui Mas Goen menuju ruangan Mas Bahari tetap saja di sana Walhasil hingga Mas Goen keluar dan selesai wawancara Mas Bahari hanya berhasil mendapatkan kata kata seperti saya tulis Saya tidak tahu Konflik Jawa Pos Jadi saya tidak mau jadi narasumber buku mu aku Mas Bahari di buku ini Detail Mas Bahari menggambarkan gerak tubuh Mas Goen Mulai dari mata yang melotot hingga ketegangan raut muka Mas Goen yang menandakan tidak senang dengan Mas Bahari Tetapi di pertemuan momen kedua berkat Mas Bahari sabar Mas Goen sedikit melembut Mas Bahari merubah teknik wawancara Dia tidak langsung memberikan pertanyaan melainkan hanya untuk berfoto saja Dan berhasil Bahari berfoto dengan Goenawan Mohamad Tetapi untuk wawancara Goenawan Mohamad tetap tidak mau Sama dengan DIS Mas Goen tidak mau menerima daftar pertanyaan Kertas 30 lembar yang berisi 93 pertanyaan pertanyaan seputar konflik di JP maupun soal hubungan Mas Goen dengan DIS Sebenarnya lebih dari jumlah itu karena ada 1 pertanyaan terdiri atas sub sub 1a 1 b dan seterusnya Pertanyaan hasil pengembangan dari pertanyaan awal Soal buku ini penulis juga mengklaim sebuah karya yang independen tanpa intervensi apalagi perintah dari pihak manapun Termasuk buku Part 1 Seri 1 Azrul Ananda Dipuja dan Dicibir Sayangnya saya belum membaca buku itu Dan saya kira tidak usah membacanya karena orang yang ditulis sudah tidak lagi di JP Atas keberanian penulis Bahari wajar jika penulis sering meliput daerah konflik Kerusuhan Sampit meliput Daerah Operasi Militer DOM di Aceh Dan yang paling fenomenal adalah penulis pergi haji lewat Jalur Darat Yang liputannya terbit di koran JP Group berpuluh puluh seri Biografi penulis di Buku 3 Khusus Pergi Haji Jalur Darat ini penulis ulas di pengantarnya Bahkan penulis belakangan mengetahui bahwa dirinya mendapat tugas Haji Jalur Darat atas permintaan Ulik Azrul Ananda putranya Dahlan Iskan Matur Suwun Mas Azrul tulis Bahari di pengantar bukunya ini Di buku 1 Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Dahlan Iskan vs Goenawan Mohamad yang ada 3 buku itu penulis menyelipkan soal klaim ide Pergi Haji Jalur Darat ini Belakangan kata penulis ada seorang pimpinan yang mengklaim bahwa dia pimpinan yang empunya ide Padahal bukan Idenya dari seorang redaktur dan kemudian dieksekusi Mas Bahari lah pelaku Haji Jalur Darat itu Yang membuat Mas Bahari miris oleh pimpinan itu narasumber dia dituduh telah membukukan kisah Pergi Haji Jalur Darat itu Padahal katanya yang menjadikan buku dari tulisan berseri tersebut adalah pihak Jawa Pos Books Saya hanya dimintai materi tulisannya saja Selanjutnya mereka yang membuatnya buku Saya pun tidak mendapatkan apa apa aku Bahari di buku ini Penulis menyelipkan ini karena ketika akan menulis Buku Konflik ini si pemimpin yang juga narasumber awalnya lancar wawancara Bahkan sampai tiga jam mereka ngobrol untuk materi buku konflik ini Eh tidak tahunya begitu berpisah besoknya narasumber tadi WA minta jangan dimuat hasil wawancaranya Apa tidak kesal si penulis wkwkwkwk Pada pengantarnya penulis mengaku rela meluangkan waktu hampir 4 tahun untuk menyelesaikan buku Menurut saya ini luar biasa Dengan bekerja sendiri mulai dari reportase menulis dan editing Sementara lay out Bahari meminta bantuan Imron Imron adalah lay outer koran Lampu Merah yang kini menjadi Lampu Hijau Imron lah yang mendesain cover dan sekaligus mengoreksi tulisan yang typo salah ketik Tetapi masih juga ada typo nya Contoh soal jumlah oplah koran Djawa Post ejaan lama masih manajemen dan pemilik asli sebelum dibeli Grafiti Tempo Saat dikelola DIS berubah nama jadi Jawa Pos Di buku 1 tertulis oplah saat itu 6 800 eksemplar Tetapi di buku selanjutnya atau bahkan dalam buku yang sama tertulis 8 600 eksemplar Ya saya maklum Mungkin pembaca yang lain juga maklum Karena penulis memang bekerja sendiri Mulai mencari bahan mengejar narasumber menulis bahan pertanyaan mewawancarai hingga menulis dan mengeditnya Semoga dalam seri lanjutan buku ini penulis memperbaikinya Berbicara soal desain cover Desain kulit buku ini cukup sederhana Background foto kedua tokoh terlibat konflik Dahlan Iskan dan Goenawan Mohamad Foto mereka beradu belakang Foto DIS di sebelah kanan agak kecil plus kacamatanya menempel Sedangkan foto Goenawan Mohamad sebelah kiri agak besar Di depan mereka ada gedung biru mencakar langit gedung Jawa Pos Meski kedua foto didesain agak samar samar sedikit terlihat sorot mata Goenawan Mohamad menatap gedung itu seolah olah Sementara mata DIS memandang ke arah lain Di bawah kedua foto dan gedung ada tulisan judul buku Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Goenawan Mohamad vs Dahlan Iskan Tulisan konflik nya ukuran font besar dan huruf besar semua Nah tulisan Jawa Pos nya lebih kecil ya asli jenis huruf atau font Jawa Pos Pada tulisan itu desainnya terdapat guratan guratan seperti retakan kilat petir Termasuk di bawah latar belakang tulisan Pasca Pecah Kongsi Goenawan Mohamad vs Dahlan Iskan ada juga guratan retak itu Menurut saya meski tampak sederhana Desain cover buku ini sarat maknanya Penempatan foto yang sorot mata tajam Goenawan Mohamad ke arah gedung JP Si tukang desain seolah ingin menggambarkan suasana hati Goenawan Mohamad yang merebut menguasai JP Yang selama paling tidak 36 tahunan 1982 2018 dibawah kendali Dahlan Iskan baik langsung maupun tidak langsung Sedangkan foto DIS dengan pandangan mata kearah lain tidak ke arah gedung JP Ini sang desainer seakan ingin menggambarkan bahwa tatapan kosong mata DIS itu menyiratkan DIS tidak akan peduli lagi dengan JP Apalagi pasca dia tidak lagi atau didepak dari JP Tulisan KONFLIK yang huruf besar semua itu Ini menggambarkan sang desainer seakan ingin memberitahu publik bahwa sedang terjadi masalah konflik yang sangat besar di JP Misalnya pensiun dini karyawan yang 40 tahunan Konflik saham karyawan yang informasinya terus berlanjut Beberapa mantan karyawan wartawan bahkan bekas pejabat sekelas Pimred dan redaktur melakukan gugatan ke pengadilan terkait saham karyawan ini Sedangkan guratan retakan seperti kilatan petir itu Seakan sang perancang cover buku memberikan gambaran bahwa sedang terjadi keretakan hubungan antara Goenawan Mohamad vs Dahlan Iskan Begitulah tafsir saya terhadap desain cover buku ini Maaf Mas Bahari dan Mas Imron jika tafsir saya keliru Maklum baru belajar menulis he he he Lalu apa motif Bahari menulis Buku Konflik Jawa Pos Pasca Pecah Kongsi Goenawan Mohamad vs Dahlan Iskan Termasuk pembuatan buku Part 1 yang berjudul Azrul Ananda Dipuja dan Dicibir Apa karena ada latar belakang sakit hati atau dendam Motif bisniskah Untuk mengetahui jawaban Mas Bahari baca edisi Minggu sore 13 2 2022 Saya berhasil wawancara langsung dengan Mas Bahari sekalian perkenalan bersambung Penulis adalah wartawan yang kini menjabat General Manager Surat Kabar Harian SKH OKU Timur Pos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: