Banjir Rejang Lebong, Rapuhnya Infrastruktur Tanggul dan Drainase

Senin 22-12-2025,14:30 WIB
Reporter : Endang Kusmadi
Editor : Endang Kusmadi

Oleh: Sigit Alfa Faureza *)

Banjir yang melanda wilayah Rejang Lebong dan Curup, pada Senin 22 Desember 2025 merupakan gambaran nyata betapa rapuhnya infrastruktur tanggul dan drainase kita ketika menghadapi curah hujan tinggi yang berlangsung terus-menerus. 

Menurut laporan terbaru, hujan deras sejak sore hari Minggu mengakibatkan Sungai Air Duku meluap, sehingga ratusan rumah di Kecamatan Curup Utara, Curup Tengah, dan Curup Timur terendam banjir. 

Bahkan jalan raya utama Curup–Muara Aman sempat terendam, dan beberapa titik rawan seperti badan jalan amblas serta longsor juga terjadi. 

BACA JUGA:Lingkungan Rusak, Kita Pelakunya: Ketika Kewajiban Menjaga Alam Tidak Lagi Dianggap Penting

Secara umum, fenomena banjir ini mencerminkan dua hal penting: ketidakmampuan sistem drainase dan sungai lokal menampung curah hujan ekstrem, serta efek perubahan pola cuaca yang semakin tidak menentu. 

Hujan yang terus turun dalam durasi panjang memperbesar volume air yang masuk ke sungai dan drainase, namun kapasitas saluran pembuangan di kota dan permukiman tampaknya masih kurang memadai untuk menanganinya. 

Ini bukan sekadar masalah lokal hari ini saja, tetapi bagian dari siklus banjir musiman yang sudah berulang di daerah ini setiap musim hujan tiba. 

Akibat dari banjir tersebut jelas dirasakan oleh masyarakat: terganggunya aktivitas keseharian, kerusakan infrastruktur, serta potensi risiko kesehatan dan keselamatan bila air masih terus naik. 

BACA JUGA:Gempa M 5,5 Guncang Sinabang Aceh Minggu Lalu, Perlunya Memperhatikan Informasi Resmi BMKG

Lebih jauh lagi, masalah ini juga membuka ruang refleksi terhadap kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam mitigasi bencana. 

Meskipun pihak pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti normalisasi sungai, pembangunan drainase, gotong royong, hingga anggaran khusus untuk penanganan banjir, kenyataannya banjir besar masih terus terjadi ketika hujan ekstrem datang. 

Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong

Dari sudut pandang sosial dan lingkungan, hal ini menunjukkan bahwa solusi struktural semata tidak cukup, jika tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai dan drainase, serta rencana jangka panjang yang berbasis data dan prediksi cuaca. 

BACA JUGA:Solidaritas Bencana: Ujian Sejati Jati Diri Bangsa

Banjir adalah peringatan bahwa kita perlu bergerak dari sekadar respons darurat ke strategi adaptasi dan mitigasi bencana yang lebih komprehensif, termasuk pengelolaan air hujan, reboisasi di hulu, serta perbaikan tata ruang yang lebih baik.

Kategori :