Bung Tomo dan para pemuda Surabaya lainnya merespons kehadiran orang-orang asing itu dengan mendirikana Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) pada 12 Oktober 1945.
BPRI melancarkan propaganda untuk berjuanga mempertahankan kemerdekaan yang belum lama diproklamasikan.
Lantas, melalui Radio Pemberontakan dan Perannya dalam Revolusi Kemerdekaan di Surabaya 1945-1947, BPRI bahkan mampu mendirikan studio pemancar yang diberi nama Radio Pemberontak.
BACA JUGA:Mengenal Sosok Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Dikenang Hingga Kini
Lokasi pemancar radio tersebut selalu berpindah-pindah dan dirahasiakan agar tidak mengundang kecurigaan pihak Sekutu.
Bung Tomo melalui siaran Radio, tak henti-hentinya menyerukan pesan kepada para pejuang untuk terusa bergelora memperjuangkana kemerdekaan.
Bahkan, propaganda perjuangan Bung Tomo menjadi santapan sehari-hari para Pemuda.
Hingga akhirnya, pecahlah pertempurana di Kota Surabaya pada 10 November 1945. Dengan para pejuang Indonesia yang berjuang tanpa rasa takut dengan semangat yang dikobarkan Bung Tomo melalui orasinya.
Kendati kemudian Indonesia kalah, rakyat Surabaya sempat menahan pasukan Inggris selama beberapa pekan. Dengan persenjataan seadanya dan pasukan minim pengalaman, hal itu bisa dihargai sebagai prestasi tersendiri.
Sementara itu, berkat peran Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya, ia mendapatkan pangkat militer Jenderal Mayora dan berkedudukan di Markas Besar Umum Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Bung Tomo pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata (Veteran) pada 1955-1956, semasa Kabinet Burhanuddin Harahap.
Ia juga terjun ke politik bersama Partai Rakyat Indonesia, memenangkan pemilu legislatif, kemudian menjadi anggota DPR periode 1955-1959.
BACA JUGA:Peringati Hari Pahlawan Nasional 2024, Inilah 7 Rekomendasi Film Biografi Pahlawan Indonesia
Pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo wafat di Padang Arafah saat menunaikan ibadah haji di Arab Saudi. Tak lama setelah kematiannya, jenazah Bung Tomo dipulangkan ke Indonesia, kemudian dikebumikan di TPU Ngagel Surabaya, bukan di taman makam pahlawan. Itu dilakukan atas wasiat Bung Tomo sendiri sebelum wafat.
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial, dengan klik LINK INI