LINGGAUPOS.CO.ID – Seluruh wilayah Sumatera Selatan kini semakin panas. Bahkan udara panas bukan hanya terasa di siang hari, namun juga terasa di malam hari.
Udara panas ini sangat terasa di Lubuk Linggau, Palembang, Muratara, Musi Rawas dan wilayah lainnya. Beberapa warga di wilayah tersebut mengeluhkan hal yang sama.
Kepala Stasiun Meteorologi SMB II, Siswanto, menjelaskan bahwa berdasarkan parameter dinamika atmosfer terkini, hingga 29 Oktober mendatang, secara umum sebagian besar wilayah Sumsel akan terik khususnya pada pagi hingga menjelang siang hari.
Bahkan ia menjelaskan bahwa suhu maksimum terjadi pada Jumat 26 Oktober 2024 tercatat mencapai 35,4 celcius dan suhu yang sama juga terjadi pada Sabtu 27 Oktober 2024.
BACA JUGA:Bapas Muratara Gelar Laga Trofeo Bersama Lapas Lubuk Linggau dan Lapas Empat Lawang
"Namun beberapa wilayah Sumatera Selatan bagian barat dan sebagian kecil Kabupaten OKI masih dimungkinkan potensi pertumbuhan awan hujan," ujarnya dikutip Senin 28 Oktober 2024.
Namun diakuinya, suhu panas ini kemungkinan tidak akan lama, karena pada akhir Oktober hingga awal November 2024 sudah mulai ada pertumbuhan awan hujan yang merata di Sumatera Selatan.
Ditambahkan Siswanto, pihaknya segera melakukan update kembali atau bisa dipantau melalui beberapa kanal resmi BMKG seperti web, aplikasi PlayStore, maupun pada medsos infocuacaSumsel.
"Penyebab cuaca terasa terik karena pertumbuhan awan sangat minim sehingga sinar matahari yang diterima diperlukan bumi tidak terhalang awan dan secara penuh sampai di bumi," jelasnya.
BACA JUGA:PPPK 2024 Tahap II, Catat Ini Jadwal Mulai Pendaftarannya
Siswanto menyebut, suhu udara di Sumsel sempat mencapai 36 derajat celcius lebih, namun masih di bawah 37 derajat celcius.
"Kondisi cuaca berupa suhu yang tercatat di atas 35 derajat, secara meteorologi sudah masuk kategori suhu ekstrem," bebernya.
Penyebab Suhu Ekstrem
Salah satu pemicu suhu ekstrem karena pemanasan global akibat produksi emisi gas rumah kaca (GRK) yang semakin besar, baik itu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida, klorofluorokarbon.
BACA JUGA:PPPK 2024, Ini Total Gaji dan Tunjangannya Tembus Rp7,3 juta. Cek Daftarnya
Jumlahnya bahkan meningkat 4 kali lipat selama 2 dekade terakhir. Data BPS yang di-update per 28 Juli 2022, berdasarkan laporan inventarisasi GRK dan MPV 2020, KLHK RI pada 2019, produksi GRK mencapai 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).