LINGGAUPOS.CO.ID – Semenjak operasi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina dari Oktober 2023 ini mendorong gelombang boikot produk perusahaan multinasional yang dinilai terafiliasi dengan Israel.
Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Sabtu, 23 Maret 2024, gelombang boikot ini menjalar dari negara Islam di Timur Tengah hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia, sebagai bentuk dukungan atas perjuangan Palestina.
Safaruddin Husada selaku Dosen Fakultas Komunikasi Pemasaran London School of Public Relations sebut gelombang boikot produk perusahaan multinasional yang dinilai terafiliasi dengan Israel dapat menjadi momen emas yang bisa dimanfaatkan jenama lokal.
Yang mana menurutnya, jenama lokal berkesempatan mengkomunikasikan keunggulan produknya dengan lebih leluasa untuk menggantikan produk yang sudah diboikot ini.
BACA JUGA:3 Pencuri Motor yang Terungkap di Indomaret Lubuk Linggau, Ternyata Sudah Belasan Kali Beraksi
Selain itu juga, momen ini bisa digunakan oleh jenama lokal untuk memposisikan diri sebagai produk nasional yang sudah berkomitmen menjunjung tinggi nilai kemanusiaan secara universal.
"Sebenarnya, ini momen yang pas bagi merek lokal untuk menunjukkan ke publik kalau mereka berdiri di sisi yang benar. Jadi bukti juga bahwa mereka tidak memiliki keterkaitan apa pun yang sifatnya bisa melanggengkan penjajahan Israel atas Palestina," ujar Safaruddin.
Lebih lanjut, Safaruddin juga mengatakan kesadaran merek lokal Indonesia saat ini juga berkelindan dengan simpati konsumen atas derita yang dirasakan oleh masyarakat Palestina.
"Kuncinya, merek yang berhasil mengkomunikasikan reputasinya sebagai perusahaan bersih dari tindakan tidak berperikemanusiaan seperti yang dipraktikkan Israel di Gaza hari-hari ini bakal mendapat tempat khusus di hati konsumen," jelasnya.
Sementara itu, pakar lain yaitu seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya, Algooth Putranto juga menyampaikan pandangannya.
Menurutnya, masalah terbesar yaitu sejumlah merek perusahaan multinasional yang sedang didera gelombang boikot ini merupakan ketidakterbukaan informasi mengenai hubungan induk perusahaan di luar negeri dengan Israel.
"Berbagai pernyataan dan penyangkalan dari sejumlah merek asing sejauh ini tampaknya tak berbekas. Sebab, konsumen juga sudah pintar dan bisa mencari sendiri informasi yang tersedia secara ekstensif di Internet. Mereka seharusnya berani berterus terang terkait relasi induk (perusahaan) mereka dengan Israel. Kejujuran seperti itu yang ingin didengar konsumen," ucap Algooth.
Dirinya juga menilai, bahwa gelombang boikot atas produk dari perusahaan yang terafiliasi Israel ini bisa menjadi kesempatan untuk brand lokal supaya lebih leluasa dalam melakukan penetrasi pasar.
BACA JUGA:Ini Prosedur Adopsi Anak, Banyak yang Bertanya Terkait Penemuan Bayi di Lubuk Linggau