Hingga mereka juga ikut mengerem emisi dari karbon. Sebut saja proyek biodisen yang saat ini sudah mencapai level B30, Toyota Indonesia sudah merancang produk yang kompatibel.
“Bahkan secara global, perencanaan biodiesel baru sampai B7, kami didukung untuk melampaui level itu. Ini hasil kerja sama dengan pihak pemerintah,” ucapnya.
Sementara itu, ia juga mengungkapkan melalui kebijakan multi-pathway, Toyota juga membuka peluang ragam teknologi dan pengembangan sumber energy baru terbarukan.
“Kini kami kerja sama dengan Pertamina guna mengembangkan hidrogen, teknologi tersebut bisa nol emisi. Seharusnya bisa dibangun refueling untuk hydrogen ke depan,” lanjutnya.
BACA JUGA:Terbaru! Lowongan Kerja Alfamart untuk Lulusan SMA, SMK, D3 Hingga S1, Cek di Sini
Guna untuk tembahan flexy engine, Toyota Indonesia juga sudah punya lini produk yang dapat menenggak E100.
“Etanol juga tengah dikembangkan Pertamina, kami bisa dukung itu,” terangnya.
Mengenai elektrafikasi otomotif, TMMIN memang baru melokalisasi produk berteknologi hybrid dengan kehadiran Innova Zenix dan Yaris Cross Hybrid.
Walaupun demikian, Bob menjelaskan pabrikan sudah merakit secara lokal baterai sebagai komponen utamanya.
BACA JUGA:Mobil Kijang Terbakar Setelah Isi BBM di SPBU Blok C Bandar Lampahan, Begini Penyebabnya
“Setidaknya ke depan kalau sudah cukup skala produksi, lokalisasi baterai juga bisa menyerap nikel lokal,” ujarnya.
Bob juga menjelaskan teknologi hybrid buatan Toyota terbukti dapat diterima pasar secara baik, domestik hingga ekspor.
Bahkan Innova Zenix dan Yaris Cross Hybrid sudah mencatatkan angka ekspornya yang nyaris menembus 10 ribu unit.
Untuk pengembangan kedepannya, Bob optimistis lokalisasi baterai yang dapat menyerap olahan hilirisasi mineral dapat tercapai.
BACA JUGA:Suka Menonton Film Komedi, Ini Manfaatnya
“Hanya saja untuk sampai ke sana, minimal harus produksi sebanyak 100.000 unit, ini bukan tidak mungkin kalau ada sokongan dari pemerintah berupa insentif,” tegasnya.