Sejarah Sultan Mahmud Badaruddin Melawan Kolonial Inggris
Mengutip buku yang berjudul ‘Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II’ yang terdapat di kemdikbud.go.id. diketahui bahwa Sultan Mahmud Badaruddin II telah memimpin pasukan untuk melawan kolonial Inggris di Palembang pada 1812 – 1816.
Pada 14 September 1811, terdapat peristiwa pembumihangusan dan pembantaian di Loji Sungai Alur. Belanda menuduh bahwa Inggris (Britania) telah memprovokasi Palembang untuk mengusir Belanda. Sebaliknya, Inggris menuduh Sultan Mahmud Badaruddin II yang telah berinisiatif melakukan itu.
Sultan Mahmud Badaruddin II menolak perundingan dari Inggris untuk mendapatkan Bangka sebagai kompensasi. Sehingga pasukan Inggris mengirim armada perangnya di bawah pimpinan Gillespie sebagai hukumannya.
BACA JUGA:Mengenal 7 Sosok Pahlawan Revolusi saat Peristiwa G30S PKI 1965
Setelah menduduki Palembang dalam pertempuran tersebut, Inggris menandatangani persyaratan yang ditandai dengan diangkatnya pangeran Adipati (Adik kandung Sultan Mahmud Badaruddin II)
Sejarah Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Menteng
Belanda mengangkat Herman Warner Muntinghe sebagai komisaris di Palembang. Ia kemudian mendamaikan kedua Sultan, yakni Sultan Mahmud Badaruddin II dan Husin Diauddin yang pernah bersekutu dengan Inggris. Hingga Sultan Mahmud Badaruddin II kembali naik tahta pada 7 Juni 1818.
Mutinghe mendapatkan penyerangan dari pengikut Sultan Mahmud Badaruddin II yang masih setia, yakni berasal dari Muara Rawas. Ia kemudian meminta putra mahkota sebagai jaminan kesetiaan Palembang terhadap Belanda.
Kemudian, pecahlah perang Menteng (berasal dari kata Muntinghe) pada 12 Juni 1819 dan dimenangkan oleh Palembang.
Belanda kemudian melakukan serangan balik dengan tujuan untuk melengserkan dan menghukum Sultan Mahmud Badaruddin II, serta mengangkat keponakannya, Pangeran Jayaningrat sebagai penggantinya.
Setelah melalui berbagai pertempuran antara Belanda dengan Palembang, sayangnya pada 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda.
Sehingga, pada 1 Juli 1821 berkibarlah bendera “rod, wit, en blau” di Bastion Kuto Besak dan resmilah kolonialisme Hindia Belanda di Palembang.
BACA JUGA:Wajib Tahu, Inilah Tujuh Pahlawan yang Berjasa dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Hingga pada 13 Juli 1821, menjelang tengah malam, Sultan Mahmud Badaruddin II beserta sebagian keluarganya menaiki kapal Dageraad dengan tujuan Batavia.