5. Mayjen Anumerta Donald Ignatius Panjaitan
D.I. Panjaitan lahir tanggal 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Dia menjalani Pendidikan militer Gyugun dan ditempatkan di Pekanbaru sampai dengan proklamasi.
D.I. Panjaitan turut serta membentuk TKR dan ditetapkan sebagai Komandan Batalyon. Pada Agresi Militer Belanda II, dia bertindak sebagai pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat RI (PDRI)
BACA JUGA:Simak, Ini Profil AH Nasution, Jenderal yang Sukses Lolos dari Kekejaman Kelompok G30S PKI
6. Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1922. Dia belajar di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, lalu jadi pegawai negeri di Kantor Kabupaten Purworejo.
Setelah Kemerdekaan Indonesia, dia bergabung dengan TKR di bagian kepolisian, kemudian menjadi anggota Corps Polisi Militer (CPM).
Karena ketidaksetujuannya dengan pembentukan Angkatan Kelima PKI, Sutoyo diculik dan dibunuh pada 1 Oktober 1965.
BACA JUGA:Simak 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI
7. Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean
Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal A.H. Nasution, dia lahir pada 21 Februari 1939 di Jakarta.
Pierre Tendean lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik pada 1962. Setelah dari sana, dia menjadi Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/ Bukit Barisan Medan.
Pada waktu PKI mengepung rumah A.H. Nasution, dia ikut ditangkap dan dibunuh. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
BACA JUGA:Meskipun Kakaknya Petinggi PKI, Jendral ini Tetap Diculik
Selain tujuh Pahlawan Revolusi di atas, ada beberapa korban lainnya yang menjadi saksi peristiwa G30S PKI. Beberapa diantaranya adalah AIP II Anumerta Karel Satsuit Tubun, Ade Irma Suryani (Putri A.H. Nasution), Kolonel Anumerta Sugiyono, dan Kolonel Katamso Darmokusumo.
Demikianlah informasi terkait 7 sosok Pahlawan Revolusi yang diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S PKI 1965. (*)