5 Alasan Kenapa Jalan Tol Trans Sumatera Gunakan Teknologi Tahan Gempa LRB, Nomor 4 Sama dengan Pengantin Baru

Minggu 13-08-2023,13:07 WIB
Reporter : Budi Santoso
Editor : Budi Santoso

Proyek pembangunan tol Bangkinang-Pangkalan merupakan bagian dari ruas jalan tol Padang-Pekanbaru.

Proyek ini memiliki panjang lebih kurang 24,7 kilometer yang membentang dari Bangkinang hingga Kecamatan XIII Koto Kampar.

Pembangunan tol ini ditarget untuk rampung tahun 2024 mendatang sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat.

BACA JUGA:Jangan Sampai Salah, Ini 13 Gerbang Tol Jagorawi, Tol Pertama di Indonesia, Miliki 4 Simpang Susun

Proyek tol ini menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB), atau bantalan karet inti timbal.

Lead Rubber Bearing (LRB) adalah salah satu jenis sistem pelindung gempa yang terdiri dari pelat-pelat baja berbentuk bundar dan terhubung dengan padat karet. 

Lapisan karet yang digunakan pada LRB berfungsi untuk menyerap energi gempa, sedangkan pelat baja berfungsi untuk menahan beban vertikal.

LRB digunakan sebagai pengganti bantalan pada struktur bangunan, jembatan, dan lainnya.

BACA JUGA:Panjang 16 KM, Tol Lubuklinggau Lintasi 123,21 Hektar Lahan Warga, Siap Diganti Rugi

BPJT menyatakan bahwa aplikasi teknologi tersebut pada jalan tol berfungsi untuk menghadapi risiko gempa bumi.

Teknologi ini penting untuk diterapkan karena negara Indonesia terletak di antara tiga lempeng besar dunia yang aktif.

Dikutip dari beberapa sumber, pada proyek Jalan Tol Trans Sumatera, teknologi LRB tak hanya diaplikasikan pada tol Bangkalan-Pangkalan, namun juga pada tol Binjai-Pangkalan Brandan.

Komponen utama LRB terdiri atas:

BACA JUGA:Masuk Proyek Strategis Nasional, Proyek Jalan Tol Getaci Dibangun Bertahap

Karet. Elastomer isolator akan berupa karet alam, semua pengujian material harus sesuai dengan EN 15129.

Shim Plates. Pelat ujung atas dan bawah akan dibuat dari baja karbon yang digulung sesuai dengan ASTM A35 atau yang setara dengan EN 15129.

Kategori :