Hingga akhirnya istrinya Berenghas mau memenuhi undangan raja. Namun dalam perjalanan, mereka harus menyebrangi Sungai Kati.
Istri Berenghas tidak sanggup untuk menyeberang.Berenghas kemudian menebang sebatang pohon kayu kenanga untuk alat menyeberang.
Tempat dimana Berenghas menebang kayu kenanga diabadikan menjadi nama Desa Rantau Lamban Nango.
Perjalanan dilanjutkan, hambatan dan rintangan kiranya belum usai kembali berenghas dan istrinya bertemu dengan sebuah sungai kecil.
Hal ini pun menyebabkan istri berenghas kembali ngambek dan engan berjalan kembali.
Tanpa pikir panjang, Berenghas bercerita dan mengangatkan kembali pada peristiwa pernikahannya. ketika itu.
Lalu keenam saudara bidadari bungsu mempersembahkan tariannya. Berenghas bertanya pakah istrinya bisa menari seperti saudaranya.
Dengan senang hati istrinya menjawab bisa asalkan memakai pakaian dari khayangan.
Tanpa curiga terhadap istrinya, Berenghas segera memberikan seperangkat pakaian khayangan milik istrinya yang dia ambil.
Melihat itu , istrinya bahagia sekali dan segera mengenakan pakaian tersebut.
Setelah selesai , dengan mengucapkan kata-kata selamat tinggal pada Berenghas, istrinya terbang kembali ke khayangan.
BACA JUGA:Setelah Ridwan Mukti, DPRD Musi Rawas Sepakat Dukung Pembentukan Sumsel Barat
Berhari-hari ia termenung di pinggir sungai kecil itu sambil bersenandung menyanyikan lagu/rejung silampari.
Lagu ini menceritakan tanda kepedihan, kesedihan dan kerinduan hati Berenghas pada istrinya. Selanjutnya sungai itu dinamakan Sungai Rindu Ati.