Cara mengetahuinya adalah dengan membandingkan ukuran dan massa dari kedua planet tersebut dengan bumi. Saat membandingkan dan menghitung berat jenis materi pembentuk planet, tim peneliti menemukan bahwa sebagian besar volume planet tersusun atas materi yang lebih ringan dari batu namun lebih berat dari hidrogen atau helium. Alternatif yang paling memungkinkan untuk mendeskripsikan jenis materi tersebut adalah air.
“Kami sebelumnya berpikir bahwa planet yang ukurannya sedikit lebih besar dari Bumi ini adalah sebuah bola besar yang terbentuk dari batu dan logam, mirip-mirip dengan versi Bumi yang diperbesar. Makanya pada awalnya kami menyebut planet-planet ini sebagai ‘Bumi super’,” ungkap profesor astrofisika Bjorn Benneke. Piaulet adalah anggota tim Banneke di University of Montreal.
Akan tetapi, seperti dikutip dari laman The European Space Agency (ESA), hasil pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua planet tersebut memiliki karakteristik yang amat berbeda dari Bumi. Alih-alih bebatuan dan logam, kedua planet ini justru kemungkinan memiliki kandungan air dalam proporsi besar.
“Metode perbandingan berat jenis materi ini adalah teknik pembuktian terbaik yang dapat dilakukan saat ini. Untuk pertama kalinya kami mengamati planet yang dapat dengan yakin diidentifikasi sebagai dunia air, sebuah planet yang sejak lama menjadi teori para astronom,” kata Banneke.
BACA JUGA:Imbas Laporan ke Polda Sumsel, PT Triaryani Somasi Kuasa Hukum GMPN
Yang masih menyisakan pertanyaan, meski hampir setengah dari volume kedua planet ini terbentuk dari air, temperatur atmosfer planet Kepler-138 d kemungkinan besar berada di atas titik didih air sehingga memperkecil kemungkinan terbentuknya air dalam wujud cairan.
Itu sebabnya, para peneliti memperkirakan bahwa atmosfer tebal dan padat yang mengelilingi kedua planet tersebut terbentuk atas uap air. Meski demikian, di bawah lapisan atmosfer, uap air tersebut masih berpotensi berubah bentuk menjadi air dalam wujud cairan atau bahkan air pada fase lain yang terjadi pada tekanan tinggi (fluida superkritis).
Namun kabar baiknya, melalui riset ini tim peneliti juga menemukan bukti keberadaan planet keempat di dalam gugusan Kepler yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Planet baru yang diberi nama Kepler-138 e tersebut mengorbit bintang katai merah dalam posisi lintasan yang lebih jauh jika dibandingkan Kepler-138 c dan Kepler-138 d.
BACA JUGA:Wajib Dibaca, 6 Kriteria Guru Dapat Tunjangan Rp20 Juta Tahun 2023
Artinya, suhu di planet Kepler-138 e juga secara otomatis akan lebih sejuk bila dibandingkan dengan suhu planet-planet pada lintasan orbit yang lebih dekat ke bintang. Kelak apabila ditemukan pula keberadaan air di dalam planet Kepler-138 e, besar kemungkinan air tersebut akan berwujud cairan.
Ada Banyak ‘Planet Air’ di Jagat Raya
Air adalah elemen penting yang dibutuhkan oleh semua bentuk kehidupan di Bumi. Siklus hujan merupakan bagian penting dari sistem yang berfungsi menstabilkan iklim di planet kita dan membuatnya ‘ramah’ untuk dapat ditinggali makhluk hidup. Itu sebabnya, ketika para ilmuwan berbicara tentang misi perburuan planet baru, planet yang memiliki kandungan air selalu menempati prioritas teratas.
Sebuah hasil studi yang terbit September lalu mengungkap bahwa ada lebih banyak planet yang mungkin memiliki kandungan air dalam jumlah besar daripada yang sebelumnya diperkirakan. Kandungan air tersebut kemungkinan tertanam di dalam bebatuan, bukannya mengalir di permukaan dalam wujud lautan ataupun sungai.
“Sungguh mengejutkan melihat adanya bukti keberadaan begitu banyak planet air yang mengorbit jenis bintang yang paling umum ditemukan di galaksi. Fakta ini memiliki konsekuensi amat besar dalam misi pencarian planet yang dapat dihuni di dalam semesta,” ungkap Rafael Luque, peneliti dari University of Chicago, seperti dikutip oleh Science Daily.
BACA JUGA:Di Musi Rawas Selama 2022, Setiap 19 Jam 45 Menit Terjadi 1 Tindak Pidana