Mengkhawatirkan, OJK Sebut Hutang Pinjol Tembus Rp101,3 Triliun, Banyak dari Generasi Muda
OJK Sebut Hutang Pinjol Tembus Rp101,3 Triliun--
LINGGAUPOS.CO.ID – Hutang pinjaman online (pinjol) di Indonesia sudah sampai di angka yang mengkhawatirkan. Apalagi peningkatan ini dibarengi dengan kenaikan kredit macet.
Bahkan menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga September 2025 hutang pinjol sudah mencapai angka Rp101,3 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya OJK Agusman juga turut mengungkapkan bahwa angka outstanding pembiayaan pinjol kepada sektor produktif per September 2025 menyentuh Rp 31,37 triliun.
“Outstanding pembiayaan pindar terhadap sektor produktif tercatat sebesar Rp31,37 triliun atau sebesar 34,48 persen dari total pembiayaan industri pindar,” papar Agusman kepada media di Jakarta, dikutip pada Senin 17 November 2025.
BACA JUGA:4 Alasan Dana BLT Rp900 Ribu Belum Cair ke Rekening Penerima
Menanggapi kondisi ini sendiri, Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Jakarta Achmad Nur Hidayat menyatakan bahwa lonjakan ini bukan hanya menandakan kemajuan teknologi keuangan, namun juga mencerminkan tekanan yang lebih dalam pada ekonomi rumah tangga.
“Outstanding pinjol nasional yang mencapai lebih dari Rp101 triliun menandakan ekspansi luar biasa. Pertumbuhannya yang lebih dari 22 persen secara tahunan memperlihatkan bahwa semakin banyak masyarakat menjadikan pinjol sebagai jembatan finansial untuk memenuhi kebutuhan dasar,” ujar Achmad dikutip dari disway.id.
Lebih lanjut, Achmad juga turut menyoroti angka pengguna pinjol, yang justru banyak berasal dari generasi muda berusia 19–34 tahun.
Menurutnya, fenomena ini mencerminkan ketimpangan antara gaya hidup digital yang serba cepat dengan ketahanan ekonomi riil yang lemah. “Angka itu memang tampak kecil, tetapi di baliknya terdapat jutaan individu yang kesulitan melunasi utangnya,” pungkas Achmad.
BACA JUGA:Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Viral di Dunia Maya, Raup Lebih dari 85 Juta Views
“Generasi muda bukan tidak produktif, tetapi mereka menghadapi realitas ekonomi di mana pendapatan tumbuh lebih lambat daripada kebutuhan,” sambungnya.
Di sisi lain, Achmad juga turut menambahkan bahwa ekspansi pinjol yang pesat ini juga menjadi penandatanganan akan pertumbuhan yang tidak berkelanjutan.
Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut, maka cicilan dan denda yang ada akan menjadi beban yang menahan konsumsi di masa depan.
“Ketika konsumsi semakin dibiayai oleh utang jangka pendek seperti pinjol dan paylater, maka pertumbuhan itu kehilangan basis yang sehat. Ekonomi tampak bergerak, tetapi sebenarnya sebagian besar digerakkan oleh kredit yang menggerus daya beli masa depan,” tutup Achmad.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
