Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia! Sudah Ada Sejak Jaman Kerajaan Majapahit

Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia! Sudah Ada Sejak Jaman Kerajaan Majapahit

Mudik lebaran.-ist---

JAKARTA, LINGGAUPOS.CO.ID - Masyarakat Indonesia memiliki tradisi setiap Lebaran Idul Fitri.

Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak lama dan masih dilaksanakan hingga saat ini.

Masyarakat Indonesia bersuka cita menunggu Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah tahun 2023.

Mudik di Indonesia sudah menjadi budaya masyarakat selama puluhan tahun dan menjadi kebutuhan sosial dan budaya Indonesia.

BACA JUGA:Lebaran Idul Fitri 1444 H Diputuskan 20 April 2023, Begini Sejarah Sidang Isbat Kementerian Agama RI

Mudik Lebaran merupakan tradisi yang sangat khas dan sangat diidentifikasi dengan masyarakat Indonesia. 

Mudik adalah tradisi perjalanan pulang ke kampung halaman atau ke rumah orang tua pada hari raya Idul Fitri.

Mudik berasal dari Bahasa Jawa yang merupakan singkatan dari Mulih Dilik, yang artinya pulang sebentar. Sumber lain juga menyebut kata Mudik be

Mudik di Indonesia sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat selama puluhan tahun dan menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya Indonesia.

BACA JUGA:Catat! ini Nomor-nomor Penting saat Mudik Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah

Mari kita lihat sejarah dari tradisi mudik Lebaran di Indonesia.

Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia

Sejarah mudik dimulai jauh sebelum zaman Kerajaan Majapahit. Mudik lebih dulu menjadi tradisi para petani Jawa untuk kembali ke kampung tinggalnya.

Para perantau kembali ke kampung halaman untuk membersihkan makam leluhur.

BACA JUGA:Viral di Tiktok, Bus SAN Ditembak Saat Lintasi Muratara, ini Faktanya

Namun, pada pertengahan abad ke-20, mudik menjadi fenomena besar yang melibatkan jutaan orang di seluruh Indonesia.

Pada waktu itu, infrastruktur transportasi di Indonesia masih sangat terbatas. Jalan raya dan jaringan transportasi belum terlalu berkembang, jadi perjalanan mudik masih menggunakan transportasi yang sangat tradisional seperti kereta api, bus, dan kapal laut. 

Karena keterbatasan transportasi, orang sering harus menghabiskan waktu berhari-hari dalam perjalanan untuk sampai ke kampung halaman mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi dan transportasi telah membuat mudik lebih mudah dan lebih nyaman. 

BACA JUGA:BSI, PP Muhammadiyah, BP Tapera dan Perumnas Berkolaborasi, Maksimalkan Penyaluran KPR Syariah

Ada banyak pilihan transportasi yang tersedia, termasuk pesawat terbang, kereta cepat, dan bus ber-AC yang modern. 

Jadi, sekarang orang bisa sampai ke kampung halaman mereka dalam waktu yang jauh lebih singkat dan lebih nyaman.

Namun, meskipun mudik lebih mudah dan lebih nyaman, tetapi tetap ada tantangan dan risiko yang harus dihadapi oleh para pemudik. 

Tantangan termasuk antrean yang panjang di terminal dan stasiun, harga tiket yang mahal, dan kemacetan lalu lintas di jalan raya yang padat. 

BACA JUGA:Ceramah di Masjid Kursi Patah Muba, ini Kata Ustadz Abdul Somad

Risiko yang mungkin terjadi adalah kecelakaan lalu lintas dan insiden lainnya.

Manfaat Mudik secara Ekonomi

Fenomena mudik menjadi peluang menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di lingkup regional: 

1. Memacu pertumbuhan sektor riil

Meliputi mayoritas aktivitas ekonomi masyarakat, seperti makanan, minuman, pusat oleh-oleh, dan kerajinan.

BACA JUGA:Catat Ya, Salat Idul Fitri di Halaman Masjid As Salam, Jumat 21 April 2023 Mulai Pukul 07.00 WIB

2. Mempercepat redistribusi ekonomi dari kota besar ke daerah

Cash flow yang berlangsung selama mudik akan memiliki multiplier effect untuk menstimulasi aktivitas produktif masyarakat, ditandai dengan tumbuhnya pusat ekonomi baru di daerah, seperti penjualan oleh-oleh di rest area, lokasi wisata, serta sektor riil dan jasa lainnya.

3. Memberi Manfaat Ekonomi di Pedesaan

Menggerakkan semua sektor ekonomi di bidang peternakan, usaha kecil, industri rumahan, perikanan, dan bidang perdagangan.

BACA JUGA:Gara-gara Judi Online, Warga Lubuklinggau ini Harus Mendekam di Penjara

Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan, jumlah pemudik sebanyak 123,8 juta orang pada Lebaran 2023. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 85,5 juta orang.

Kesimpulan

Mudik Lebaran di Indonesia adalah tradisi yang sangat khas dan sangat diidentifikasi dengan Indonesia. 

Sejarah dari tradisi mudik Lebaran di Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dan cara hidup di Indonesia, serta tantangan dan risiko yang dihadapi oleh para pemudik. 

BACA JUGA:Sat Narkoba Polres Lubuklinggau Sasar Panti Asuhan, Bagikan Takjil Ramadan

Namun, meskipun tantangan dan risiko tersebut, tradisi mudik masih tetap populer dan menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya Indonesia.(disway.id)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: