
“Sudah lima kali salat di Masjid Nabawi Kuat jalannya,” ujarnya denan bahasa Jawa sambil tersenyum.
Ia mengaku, butuh waktu 13 tahun baginya untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima ini.
Dia mendaftar haji pada 2013 melalui anaknya. Biaya pelunasan pun ditanggung dari hasil menanam padi, jagung, dan usaha pertanian kecil yang ia tekuni sejak muda.
BACA JUGA:Suhu Saudi Ekstrem Hingga 42 Derajat Celcius, Jamaah Haji Diimbau Jaga Kesehatan!
“Saya enggak kerja apa-apa sekarang, cuma duduk di rumah. Dulu kerja di sawah, nyabut rumput, nanam padi, jagung,” kenangnya.
Mbah Sutiah memang bukan tipe yang suka mengeluh. Ketika ditanya soal makanan, ia menjawab singkat namun mantap, “Cocok semua.”
Dia pun mengaku hanya menghindari ayam potong, tapi tak punya pantangan berarti untuk sayur dan daging.
Kebiasaan bersahaja itu juga tercermin dalam doanya. Mbah Sutiah hanya membaca ayat-ayat yang mudah diingat seperti Ayat Kursi dan Surat Al-Ikhlas.
BACA JUGA:Jangan Lewatkan! Inilah 7 Kuliner Khas Arab Saudi yang jadi Favorit Jemaah Haji Indonesia
Meski begitu, dia meyakini bahwa yang terpenting adalah ketulusan dalam setiap sujud dan munajat.
Saat diberi tahu bahwa ia adalah jamaah tertua tahun ini, Mbah Sutiah sempat terkejut.
Namun ia tidak merasa istimewa, apalagi manja. Baginya, ini adalah kesempatan untuk bersyukur sebesar-besarnya.
“Senang, pokoknya senang bisa ke Arab, pengen haji dari dulu,” ujarnya lirih.
BACA JUGA:Intip Makanan Jamaah Haji Reguler Indonesia, Bisa Produksi hingga 5.000 Porsi Per Harinya
Meski sudah sepuh, Mbah Sutiah tetap berani dan percaya diri menjalani perjalanan panjang ini.
Dia tanpa didampingi oleh keluarga dan merasa yakin karena telah menitipkan seluruh urusannya pada Allah SWT.