Kondisi ini dipicu akibat adanya tumor (bersifat jinak) pada kelenjar pituitari atau hipofisis.
Kelenjar yang letaknya di bagian bahwa ini berperan dalam tubuh. Misalnya, menghasilkan hormone yang mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ, atau kelenjar lain dalam tubuh, atau organ reproduksi.
Adapun selain tumor, menurut NIH pula ada penyebab gigantisme lainnya atau kondisi yang bisa meningkatkan produksi GH dalam tubuh, seperti:
• Pertama, penyakit genetik seperti Carney complex yang mempengaruhi warna kulit (pigmentasi) dan menyebabkan tumor jinak pada kulit, jantung, dan sistem endokrin (hormon).
BACA JUGA:Prediksi Annecy FC vs Angers, Ligue 2, Sabtu 11 Mei 2024, Kick Off 01.45 WIB
• Penyakit genetik yang mempengaruhi pigmentasi tulang dan kulit seperti sindrom McCune-Albright
• Penyakit genetik di mana satu atau lebih kelenjar endokrin terlalu aktif atau membentuk tumor. Contohnya seperti neoplasia endokrin tipe 1 atau tipe 4.
• Kemudian, penyakit genetik yang membentuk tumor hipofisis.
• Neurofibromatosis, ketika tumor terbentuk di saraf otak dan tulang belakang.
BACA JUGA:Prediksi Nagoya Grampus vs Gamba Osaka, Sabtu 11 Mei 2024, Kick Off 14.00 WIB
Sementara itu, jika produksi GH terjadi setelah pertumbuhan tulang normal berhenti (akhir pubertas), maka kondisi ni dikenal sebagai akromegali. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dewasa, dan seringnya terdiagnosis pada usia 30-50 tahun.
2. Tinggi Badan Hingga Perubahan Suara
Selanjutnya, anak-anak yang mengidap gigantisme juga akan mengalami beragam kelainan pada pertumbuhannya.
Umumnya, mereka memiliki tinggi dan berat di atas rata-rata anak seusianya, dahi dan dagu yang berukuran lebar, atau ukuran tangan dan kaki yang amat besar.
BACA JUGA:Review Jujur, Handphone Vivo Y18, Cek Kelebihan, Spek, dan Harganya, Apakah Layak Dibeli?
Selain itu, gejala gigantisme lainnya yang bisa dialami oleh pengidapnya,seperti: Pubertas yang tertunda, Penglihatan ganda atau kesulitan dengan penglihatan samping (perifer, Adanya celah di antara gigi.