Pangeran ini badannya berbau amis yang kuat sekali, sehingga banyak yang menjauhi dan enggan menikah dengannya.
Sampai ada seorang raja yang bersedia menikahkan putrinya dengan pangeran amis.
Namun, hanya dalam waktu setengah hari, si putri yang merasa tidak tahan dengan bau badan menceburkan diri ke dalam sungai dan tenggelam.
Putri inilah yang menjadi antu banyu.
BACA JUGA:Selain Si Pahit Lidah, Lubuklinggau Pernah Ada Pendekar Bujang Kurap, Hebat Mana?
2. Bujang Kurap
Sebagaimana dikutip LINGGAUPOS.CO.ID dari Kemedikbud.go.id legenda bujang kurap sudah beberapa kali diangkat dalam drama televisi.
Legenda bujang kurap memiliki nasehat yakni untuk tidak menilai seseorang hanya dengan fisik atau penampilan. Kisah ini mengajarkan untuk saling menghargai.
Dikisahkan, pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda yang tampan sakti mandraguna.
Ada yang menyebutkan pemuda ini masih ketururnan dari Si Pahit Lidah, tokoh sakti yang terkenal dengan kutukannya.
BACA JUGA:Kisah Asmara Si Pahit Lidah di Lampung dan Lubuklinggau, Terhalang 2 Pendekar
Namun ada juga yang mengisahkan pemuda ini keturunan raja di Minangkabau yang sedang mengembara. Pemuda tampan mengembara dari desa ke desa.
Di setiap desa yang disinggahinya, pemuda ini membantu warga sekitar baik pertanian hingga melatih bela diri kuntau (sejenis silat).
Setelah desa itu makmur pemuda itu melanjutkan pengembaranya hingga singgah di daerah yang bernama Karang Panggung Lamo.
Pemuda itu menetap di Desa tersebut dan mempunyai ibu angkat seorang perempuan tua sebatang kara.
Perempuan itu baik hati dan tinggal di rumah yang sederhana agak jauh dari rumah penduduk lainnya.
Muda dan mudi setempat juga berdatangan dan mereka menyukai pemuda yang tampan dan baik itu.