JAKARTA, LINGGAUPOS.CO.ID - Bulan Syaban merupakan bulan sebelum datangnya Ramadhan.
Para ulama juga sepakat berpuasa pada bulan Syaban hukumnya adalah sunnah.
Ada beberapa hadist yang menjelaskan Nabi Muhammad SAW lebih sering berpuasa di bulan Syaban daripada bulan lainnya, kecuali Ramadhan.
Bulan Sya’ban dikenal sebagai bulannya Rasulullah SAW dan pastinya bulan ini adalah bulan yang diistimewakan dalam Islam.
Di samping memiliki keutamaan, bulan ke delapan kalender hijriyah ini juga telah terjadi peristiwa besar dan penting yang patut kita ingat kembali.
Menurut kitab ‘Syamsul Ulum wa Dawa’ Kalam al-Arab min al-Kuluum’ karya Nasywan bin Said al-Hamiri, Syaban adalah nama bulan sebelum Ramadhan, dengan wazan (pola)nya yakni fa’laan dan akar katanya adalah sya’aban.
Sementara Ibnu Duraid mengatakan, Syaban disebut demikian karena percabangan di dalamnya. Maksudnya adalah, saat itu, di bulan tersebut, banyak orang Arab yang mencari air dari lingkungan Yaman dan Himyar.
Adapun dalam kitab ‘Umdah al-Qari’ fii Syarh Shahih al-Bukhari’ karangan sejarawan Badaruddin al-Ayni, menjelaskan di balik penamaan Syaban dengan mengutip penjelasan Ibnu Duraid bahwa disebut Syaban karena saat itu banyak orang bepergian atau memisahkan dirinya untuk mencari air.
BACA JUGA:Suku Anak Dalam di Muratara Lebih Suka Belanja Online, Begini Cerita Kepala Suku
Peristiwa ini akan mengingatkan kita kembali tentang pelaksanaan ibadah dan peningkatan nilai iman dan taqwa kepada Allah Swt.
Apa sajakah peristiwa penting yang terjadi dan patut kita ingat di bulan sya’ban ini?
Bulan Istimewa
Satu bulan sebelum Syaban, adalah bulan Rajab yang menjadi salah satu bulan Haram dalam Islam.
BACA JUGA:Simak, Doa-Doa Menyambut Ramadhan 2023, ini Bacaan dan Artinya
Pada bulan Haram ini kaum muslimin dilarang untuk melakukan dosa dan melanggar segala syariat yang telah Allah SWT tentukan.
Setiap dosa yang dilakukan di bulan haram akan mendapat ganjaran yang lebih besar dibandingkan bulan yang lain.
Begitu juga dengan amal kebaikan, maka akan mendapat pahala yang berkali lipat.
Dalam satu riwayat dari al-Imam al-Bukhari pada kitab Shahih-nya (Shahih al-Bukhari), Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan sangat sering berpuasa di bulan ini sampai dikira ia berpuasa sepanjang bulan dan diteruskan hingga Ramadan.
Tetapi, Dalam riwayat lain, Nabi menegaskan bahwa kalau kurang satu atau dua hari terakhir bulan Sya’ban (sebelum Ramadan), jangan tiba-tiba berpuasa.
Di antara hikmahnya, sebagai mufaroqoh (pembeda) dan pembelajaran agar tidak dikira sebagai bagian dari kewajiban puasa Ramadan, yang harus dipastikan kalau sudah masuk bulannya.
Selain itu, bulan Sya’ban juga bisa dimaknai sebagai ancang-ancang untuk mempersiapkan dan memperbaiki diri sebelum datang bulan Ramadhan.
Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Ra., Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Syakban adalah bulan tempat manusia mulai lalai, yakni di antara Rajab dan Ramadan.” (HR. An-Nasai)
BACA JUGA:Dua Warga Lubuklinggau Pembobol Kartu Kredit Divonis Berbeda, Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa
4 Peristiwa Penting dalam Bulan Sya’ban diantaranya:
Perpindahan Arah Kiblat
Pada mulanya, Nabi Muhammad menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat.
Nabi Muhammad SAW mempunyai keinginan agar Masjidil Haram menjadi kiblat umat Islam.
Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan muka ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya.
Allah SWT mengetahui dan mengabulkan keinginan ini.
Pada bulan Sya’ban, Kiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina ke Ka’bah, Mekkah al Mukarromah.
Nabi Muhammad SAW menanti-nanti datangnya perpindahan ini dengan harapan yang sangat tinggi.
BACA JUGA:Setelah Kapolda Jambi Berhasil Dievakuasi, Kapolda Sumsel Langsung Datangi Polres Muratara, Ada Apa?
Sampai akhirnya Allah SWT mengabulkan penantiannya.
Allah SWT berfirman:
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS: Al-Baqarah (2): 144).
Penyerahan Buku Catatan Amal Kepada Allah
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah waktu diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit.
Dari ‘Aisyah r.a.. “Rasulullah tidak pernah berpuasa (Sunnah) lebih banyak melainkan di bulan Sya’ban, yaitu Beliau berpuasa pada bulan itu seluruhnya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Para ulama berpendapat bahwa yang dilakukan Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah seperti Daud dan Senin Kamis.
Dari Usamah bin Zaid ra mengatakan,
“Saya berkata: ‘Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban. Maka beliau bersabda: Itu bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya
menemukan amal saya diangkat, sementara saya dalam keadaan berpuasa'.”(HR. Nasa’i)
Turunnya Syariat Anjuran Bershalawat
Ibnu Abi Shai Al Yamani mengatakan bulan Sya’ban adalah bulan shalawat.
Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan.
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah.
Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan ini, yaitu ayat:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya-bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan.” (QS. Al Ahzab; 56)
BACA JUGA:Viral di Facebook, Ibu Komplain Bayi Patah Tangan Saat Proses Kelahiran di RSUD Rupit Muratara
Turunnya Syariat Puasa Ramadhan dan Malam Nishfu Sya’ban
Ada yang berpendapat, kewajiban puasa Ramadhan diumumkan oleh Nabi Muhammad SAW pada hari Senin, 1 Sya’ban 2 H.
Ibnu Jarir dalam kitab Jami’ul Bayan, berkata, “Pada tahun ini puasa bulan Ramadhan diwajibkan."
Ada yang berpendapat: Puasa Ramadhan disampaikan kewajibannya pada bulan Sya’ban tahun yang sama.
Kemudian dikisahkan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di kota Madinah beliau menjumpai kaum Yahudi berpuasa pada bulan Asyura. Beliau menanyakan hal itu kepada mereka, mereka menjawab,
“Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan meneggelamkan bala tentara Fir’aun.”
Lalu beliau bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.”
Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Hadis ini disebutkan di dalam kedua kitab Shahih dari Ibnu Abbas.
Pada bulan Sya’ban sedang malam yang mulia dan penuh berkah seperti malam Nishfu Sya’ban.
Di awal bulan ini Allah SWT mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, utama orang-orang yang meminta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, mengambil kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.
Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan Nishfu Sya’ban ini, meskipun di situ ada yang dho’if (lemah), namun Al Hafidh Ibnu Hibban telah menunjukkan kesahihan beberapa hadits tersebut.
Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Allah melihat ke semua makhluknya di malam ini, Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).
Sejatinya, momentum bulan Sya’ban adalah sebagai alarm bagi kita bahwa dalam waktu dekat, akan datang bulan Ramadhan. Artinya, masih ada waktu untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan pribadi kita untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.(*)