Ini 102 Sirup yang Mengandung EG dan DEG, Jangan Dibeli

Minggu 23-10-2022,11:12 WIB
Editor : Agung Perdana

98. Hufallerzine Glyceryl guaicolate Sirup

99. Hufallerzine Tinctur Ipecacuanhae Sirup

BACA JUGA:Mengapa Etilen Glikol dan Dietilon Glikol di Dalam Obat Sirup Berbahaya, Ternyata Mengerikan

100. Hufagrip Chlorphenamine Meleate Sirup

101. Hufagrip Pseudoefedrin HCL Sirup

102. Hufagrip Chlorphenamine Meleate Sirup

 

Terkait dengan penemuan tersebut, Menkes Budi meminta agar 102 obat tersebut jangan diresepkan terlebih dahulu.

"102 obat itu obat-obatan yang dikonsumsi anak-anak yang memang kita ambil dari rumah keluarga bayi dan anak yang jatuh sakit di rumah sakit. 102 obat ini jangan diresepkan dulu, daftar 102 masih konservatif dan lebih mengerucut dibanding semua obat sirup," terang Budi.

Menurut Menkes, 102 produk obat sirop tersebut terbukti secara klinis mengandung bahan polyethylene glikol yang sebenarnya tidak berbahaya sebagai pelarut obat sirop selama penggunaanya berada pada ambang batas aman.

Sesuai Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.

"Kalau formula campurannya buruk, polyethylene glikol bisa memicu cemaran seperti Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE). Kalau dilihat, polyethylene glikol adalah pelarut tambahan yang jarang dicatat dalam informasi produk obat," katanya.

Daftar obat sirop tersebut merupakan hasil telisik Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan organisasi profesi terkait tentang kejadian AKI di Indonesia sejak September 2022.

Awalnya, terdapat sejumlah hal yang diduga kuat sebagai pemicu kasus AKI di Indonesia, yakni pengaruh Adenovirus pada pasien COVID-19 yang telah sembuh, leptospirosis, hingga pengaruh EG dan DEG pada obat sirop.

Adenovirus itu ada di mana-mana, hampir di setiap orang. Cuma 5 persen persentase kematiannya pada pasien AKI, itu normal. Jadi kami berkesimpulan bukan pada Adenovirus," katanya.

Budi mengatakan pengaruh lain AKI akibat vaksin COVID-19 juga tidak terbukti, sebab jumlah kasus AKI berdasarkan kelompok umur didominasi usia 1 hingga 5 tahun mencapai 153 kasus dari total 241 kasus di 22 provinsi di Indonesia.

Ada yang bertanya apakah ini gara-gara vaksin?, masyarakat di bawah usia lima tahun belum divaksin COVID-19," katanya.

Penelusuran Kemenkes berlanjut pada tes patologi untuk membuktikan penyebab lain, seperti disebabkan virus, bakteri, atau parasit, termasuk leptospirosis. "Ternyata tidak terbukti. Kecil sekali kandungan patogen pada pasien AKI," katanya.

Berdasarkan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telisik kasus AKI di Indonesia mengerucut pada kandungan senyawa kimia EG, DEG, dan EGBE pada obat sirop melalui tes toksikologi.

"Yang membuat kami agak terbuka, karena ada kasus serupa di Gambia, Afrika. WHO keluarkan rilis AKI yang disebabkan senyawa kimia," tutur Menkes.(*)

 

 

 

Kategori :